Hallo kaum Sange dan kaum Lendir Situs Cerita sex menyajikan informasi
pornografi berupa cerita dewasa, cerita sex panas, tante girang, cerita
sedarah, cerita panas. cerita bokep terupdate teraktual
Sekarang kita bahas cerita tentang Cerita Sex Selingkuh Dengan Tetangga Nikmat
Sekarang kita bahas cerita tentang Cerita Sex Selingkuh Dengan Tetangga Nikmat
Tapi dalam hati kecilku, aku merasa ada
sesuatu yang kurang. Setelah menikah kurang lebih 3 tahun, kami belum
dikaruniai anak. Memang kelemahannya ada pada diriku. Walaupun aku
ganteng dan berbadan tinggi besar dan tegap, aku selalu mengalami
kegagalan saat berhubungan intim dengan isteri. Ya, sekitar dua tahun
sebelum kami menikah, aku mengalami kecelakaan lalu lintas.
Motorku ditabrak dari belakang oleh
sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi dan berusaha mendahului
motor yang kukendarai. Saat itu ternyata ada mobil yang muncul dari arah
berlawanan, sehingga untuk menghindari “adu kambing” truk itu
membanting activity ke kiri dan menabrak motorku. Aku terjungkal dan
terbanting ke aspal di siang bolong. Untunglah aku tidak cedera.
Baca Juga > Cerita Sex Bercinta Dengan Adik Sendiri Terasa Nikmat
Hanya kedua tanganku sedikit tergores
dan pantatku sakitnya bukan main. Rupanya aku jatuh terduduk di pinggir
jalan aspal dekat trotoar jalan. Seorang bapak yang ikut menyaksikan
kecelakaan itu segera memapahku berdiri dan membawaku ke rumah sakit
terdekat.
Sejak itu, jika aku berhubungan intim
dengan Lilian, isteriku, aku selalu tidak dapat melaksanakan tugasku
dengan baik. Penisku tidak bisa berdiri. Kadang bisa berdiri tapi
sebentar belum juga masuk dengan pas.. eh.. sudah menyemprotkan cairan
mani.
Beberapa dokter telah kudatangi. Tapi
kesembuhanku belum juga muncul. Tadinya muncul ide agar aku mencoba-coba
untuk “jajan” di lokalisasi. “Ah..” pikirku lagi, “Nanti malah kena
AIDS atau HIV. Lebih repot lagi kan?”
Nah, suatu hari aku mendengar dari teman
karibku, Hartono, bahwa di Jakarta katanya ada seorang dokter spesialis
yang bisa menyembuhkan kelainan-kelainan seks dengan biaya terjangkau
dan tanpa efek samping. Lalu dengan persetujuan isteriku, aku pun
mengambil cuti selama seminggu untuk berangkat ke sana.
Karena punya sanak famili yang tinggal
di bagian barat Jakarta, aku pun tanpa kesulitan menemukan dokter yang
kucari. Tempat prakteknya ternyata terletak di lantai 18 sebuah
apartemen mewah di pusat kota. Aku tadinya merasa deg-degan dan agak
malu untuk naik ke sana.
Bagaimana kalau dokter itu menyarankan
yang tidak-tidak kepadaku? Lalu.. apakah hasilnya akan maksimal seperti
yang kuharapkan? Berbagai pertanyaan lain terus saja bergema dalam hati
kecilku.
Namun bila kuingat raut wajah Lilian
yang cemberut dan penuh kekecewaan bila penisku tidak bisa tegang atau
baru masuk ke permukaan vaginanya, aku sudah ejakulasi.. wah.. lebih
baik aku mencoba saja ke sana deh, siapa tahu ada mujizat yang terjadi.
Benar kan?
Saat aku sampai di ruangan kantor yang
amat mewah itu, kulihat seorang gadis cantik yang masih berumur sekitar
22-23 tahun sedang menulis sesuatu dan kemudian memandangku dengan
ramah. “Mau ikut terapi, Pak?” ia bertanya dengan seulas senyum di
bibirnya yang mungil.
“Ya, maaf.. Dokternya ada?” tanyaku
ragu-ragu. “Hari ini kebetulan Dokter Amy Yip sedang tidak ada pasien..”
ujarnya. “Dokter Amy Yip… Kok kayak nama bintang blur mandarin sih,
Mbak… apa ia berasal dari Hongkong?”
“Betul sekali… Memang namanya Yip Chi
Mei, ia seorang dokter spesialis terapi seksual asal Indonesia lulusan
Hongkong Medical College… dan ia lebih suka dipanggil dengan nama Dokter
Amy Yip.” katanya memberi penjelasan.
Setelah mengisi formulir yang berisi
data-data pribadi, aku langsung diantar ke tempat prakter dokter itu.
Gadis yang belakangan kuketahui bernama Sally itu kemudian mengetuk
pintu ruang praktek Dokter Amy Yip. Pintu pun dibuka dari dalam. Benar
saja dugaanku. Di sana berdiri seorang wanita cantik mengenakan blazer
hitam dan berumur sekitar 30 tahun. Ia berambut ikal sebahu. Oh ternyata
ini dokternya!
“Maaf Dok… ini ada Bapak Kuntoro dari
Surabaya ingin ikut terapi… ini data-data lengkapnya.” ujar Sally sambil
memberikan formulir yang sudah kuisi dan mempersilakan aku masuk ke
kantor itu. Sally pun berjalan kembali ke meja kerjanya di depan ruangan
itu. “Silakan masuk, Pak…” ujar dokter cantik itu. “Baik, terima
kasih.” jawabku singkat.
Setelah kami duduk di dalam ruang
praktek itu, Dokter Amy Yip kemudian mulai menanyakan beberapa hal yang
amat pribadi padaku. Karena kupikir ia seorang dokter yang harus tahu
benar keadaan dari kehidupan seks rumah tanggaku, termasuk bagaimana aku
berhubungan intim, aku pun membeberkan semuanya.
Salah satu pertanyaannya adalah,
“Kira-kira Bapak bisa tahan berapa absolutist dalam berhubungan intim
dengan isteri?” atau, “Gaya apa yang paling Bapak sukai bila berhubungan
intim dengan isteri?”
Mendengar semua jawabanku, ia pun
mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu dengan sorot mata tajam ia
memandangku serta berkata, “Pak Kuntoro, saya rasa sebaiknya kita bisa
mengadakan terapi seks sekarang juga.
Di sebelah sana ada ranjang yang bisa
Bapak gunakan untuk itu… Di sana saya akan menguji ketahanan Bapak untuk
tidak berejakulasi selama beberapa menit… kalo memungkinkan nanti kita
bisa berhubungan intim guna proses penyembuhan lebih lanjut. Gimana
Pak.. apa Bapak setuju?” “Wah… ini toh yang namanya terapi seks. Kalau
begini sih pasti aku mau sekali,” pikirku dalam hati.
Tanpa pikir panjang lagi aku menyahut,
“Baiklah… Terserah Dokter saja, gimana baiknya…” Dalam pikiranku
tiba-tiba muncul bayangan gimana kira-kira bentuk tubuh Dokter Amy Yip
ini nanti kalau ia telanjang. Pikiran seperti ini langsung saja membuat
penisku tiba-tiba menegang dan keras.
Kemudian kami berjalan menuju ranjang
terapi yang dimaksud. Setelah aku duduk dengan bersandarkan bantal,
dokter cantik itu duduk dengan santai di hadapanku. Ia kemudian dengan
sengaja membuka semua baju luarnya.
Akhirnya yang tertinggal hanya BH dan
celana dalamnya. “Pak Kuntoro, silakan Bapak meraba-raba saya… terserah
Bapak mau meraba bagian tubuh saya yang mana… nanti kita lihat berapa
menit waktu yang Bapak perlukan untuk ejakulasi…” perintahnya. Tentu
saja aku mau melakukannya dengan senang hati. Wong yang di depanku,
tubuh dokter itu begitu mulus dan putih.
Payudaranya saja begitu menonjol ke
depan. Mungkin ukuran 36B, seperti hendak meloncat keluar dari
penutupnya. Dengan pelan kuelus wajah dokter itu, lalu lehernya yang
jenjang. Kemudian tangan kananku turun ke bukit kembarnya. Kuraba pelan
dan kuremas-remas. Lalu tangan kiriku bergerak menuju CD-nya. Namun,
sekonyong-konyong ada sesuatu yang mau meledak dalam tubuhku. Aku
buru-buru menghentikan rabaan-rabaanku.
Aku berusaha segera membuka celana
panjang yang kukenakan. Namun terlambat sudah. Penis andalanku sudah
menyemprot dengan derasnya. Aku hanya bisa mengepalkan tangan sambil
menutup mata. “Sialan!” ujarku. Celana panjangku terutama di bagian
pangkal paha tentu saja basah tidak karuan.
“Cuma dua menit kurang 25 detik… saya
rasa keadaan ini masih bisa disembuhkan, Pak… Sebelumnya ada pasien saya
yang lebih buruk keadaannya… asal Bapak mau telaten berobat tiap hari
ke sini…” Dokter Amy Yip menimpali setelah melihat arloji yang
dikenakannya.
Cerita Lainnya: Rekan Bisnisku Memilik Anak Gadis Bahenol
Hari itu terapi seks yang harus kujalani selesai sudah. Setelah mengenakan pakaiannya kembali dan kami kembali duduk di meja kerjanya, dokter itu lalu berkata, “Mohon diingat ya, Pak… apa yang kita lakukan barusan hanyalah sebatas untuk terapi… bukan untuk dilakukan di luar jam kerja saya…” Oh, aku mengerti maksudnya.
Hari itu terapi seks yang harus kujalani selesai sudah. Setelah mengenakan pakaiannya kembali dan kami kembali duduk di meja kerjanya, dokter itu lalu berkata, “Mohon diingat ya, Pak… apa yang kita lakukan barusan hanyalah sebatas untuk terapi… bukan untuk dilakukan di luar jam kerja saya…” Oh, aku mengerti maksudnya.
Ia tidak mau kuajak kencan di luar
praktek terapinya. Itu peraturannya. Ah tidak apa-apa bagiku. Toh aku
orangnya setia pada isteriku. Walau Lilian lebih galak dari dokter ini,
namun ia kan isteriku dan mantan pacarku. Iya kan?
Keesokan harinya, masih dengan terapi
yang sama. Cuma Dokter Amy kini tidak mengenakan BH. Benar adanya, kedua
bukit kembarnya itu begitu besar, kencang dan amat menantang. Putingnya
berwarna merah kecoklatan seperti tegak siap untuk disedot.
Ia berkata, “Silakan Bapak mau meremas
atau mengulum atau menjilat payudara saya… terserah… saya hanya ingin
tahu Bapak bisa tahan berapa absolutist untuk tidak ejakulasi.” Tanpa
menunggu perintah selanjutnya, aku langsung saja meraba dan meremas
kedua bukit kembarnya. Kemudian kuarahkan mulutku untuk merasakan
nikmatnya payudara itu.
Aku menghisap, menjilat dan mengulum
putingnya. Ia tampak merem-melek menikmatinya. Ternyata dua menit
berlalu. Dan kembali aku mengalami ejakulasi. Spermaku tersemprot hebat.
Untunglah kali ini aku masih sempat membuka reitsleting celanaku dan mengarahkan penisku yang sudah tegang dan membesar itu ke ember khusus untuk hasil sperma terapi. “Dua menit lebih 5 detik… hari ini ada peningkatan, Pak…” jawabnya sambil menyunggingkan senyum setelah semuanya selesai.
Untunglah kali ini aku masih sempat membuka reitsleting celanaku dan mengarahkan penisku yang sudah tegang dan membesar itu ke ember khusus untuk hasil sperma terapi. “Dua menit lebih 5 detik… hari ini ada peningkatan, Pak…” jawabnya sambil menyunggingkan senyum setelah semuanya selesai.
“Besok kita lanjutkan lagi. Jangan
kuatir, Pak… Perkiraan saya pada hari keempat nanti… waktu Bapak untuk
tahan tidak ejakulasi pasti lebih dari sepuluh menit. Saya jamin, Pak.”
Lalu hari itu kami pun berpisah. Aku pulang ke auberge tempatku menginap
dengan berbagai pikiran tentang harapan kesembuhan selanjutnya yang
akan kualami serta terapi apa yang akan dilakukannya besok terhadap
diriku.
Hari ketiga… Kali ini kami berdua
benar-benar telanjang bulat. Dokter Amy kini yang mengambil inisiatif.
Ia sengaja yang membuka pakaian yang kukenakan sampai aku benar-benar
bugil. Lalu kemudian ia membuka pakaiannya sendiri.
Saat ia melakukannya, matanya tak lepas
dari memandang senjataku. Entah apa yang ada di benaknya. Yang pasti
saat itu senjataku belum tegang bahkan hingga ia membuka CD-nya.
Ketegangan dalam diriku mungkin sedikit banyak tidak membantu dalam
merangsang penis yang kumiliki.
Lalu ia duduk di pinggir ranjang. Kali
ini dengan sengaja ia meraih senjataku lalu dikocok-kocoknya dengan
pelan tapi pasti. Sementara tanganku diperbolehkan meraba apa saja yang
ada di tubuhnya.
Setelah kocokannya mulai menampakkan
hasil, ia pun menunduk dan mengarahkan penisku ke mulutnya. Dengan
telaten ia menjilat, menghisap dan mengulum penis ajaibku. Wah… hampir
saja aku ingin ejakulasi. Tapi aku berusaha untuk menahannya sebab aku
ingin mengetahui rasanya bila ia terus mengobok-obok penisku.
Ia lalu menyuruhku untuk mengubah posisi. Kini aku disuruhnya untuk menghisap klitorisnya, sedangkan ia dengan penuh semangat terus menghisap dan menjilat-jilat penisku. Karena tidak tahan menghadapi kuluman dan hisapan mulutnya, aku terpaksa harus melepaskan sesuatu yang seperti akan meledak dalam diriku.
Ia lalu menyuruhku untuk mengubah posisi. Kini aku disuruhnya untuk menghisap klitorisnya, sedangkan ia dengan penuh semangat terus menghisap dan menjilat-jilat penisku. Karena tidak tahan menghadapi kuluman dan hisapan mulutnya, aku terpaksa harus melepaskan sesuatu yang seperti akan meledak dalam diriku.
Cerita Lainnya: Memperkosa Gadis Cantik Penjaga Toko Swalayan
Dan benar.. “Crot.. crot.. crot.. crot..” Dengan derasnya maniku tertumpah di dalam mulut dokter itu. Entah sengaja atau tidak, Dokter Amy Yip tidak mau melepaskan penisku dari mulutnya. Wah..! Setelah semprotan maniku habis, dan penisku dibersihkan dengan tisu di tepi ranjang, kembali ia memberikan evaluasi terapi yang kujalani. “Lumayan…” katanya sambil melirik jam tangan.
Dan benar.. “Crot.. crot.. crot.. crot..” Dengan derasnya maniku tertumpah di dalam mulut dokter itu. Entah sengaja atau tidak, Dokter Amy Yip tidak mau melepaskan penisku dari mulutnya. Wah..! Setelah semprotan maniku habis, dan penisku dibersihkan dengan tisu di tepi ranjang, kembali ia memberikan evaluasi terapi yang kujalani. “Lumayan…” katanya sambil melirik jam tangan.
“Sepuluh menit lebih dua detik… Bapak
pasti akan sembuh… Saya rasa pada terapi kita yang terakhir akan benar-
benar terbukti bahwa kondisi ketahanan penis Bapak untuk tidak terlalu
cepat berejakulasi saat berhubungan intim adalah normal- accustomed
saja. Bagaimana, Pak… apa Bapak mau melanjutkan terapi yang terakhir
besok?”
Tentu saja aku mau melanjutkannya. Wong
disuruh berhubungan intim dengan chargeless saat terapi, siapa yang
nggak mau? Aku pun kemudian mengiyakan sarannya itu. Seperti yang kuduga
ternyata keesokan harinya Dokter Amy Yip tidak lagi mengenakan apa-apa
di balik baju prakteknya.
Aku pun segera membuka semua pakaianku.
Lalu dengan ganas kuserbu tubuhnya yang sudah berbaring menantang di
atas ranjang. Pertama kucium keningnya, lalu turun ke bibir, pipi, leher
hingga payudaranya yang amat kenyal itu. Di sana kujilat dan kupelintir
putingnya yang merah kecoklatan. Ia pun merem-melek.
Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Kemudian kepalaku bergerak menuju pangkal pahanya. Di sana kembali kujilati bibir vagina dan klitorisnya. Kujulurkan lidahku ke dalam vaginanya sambil tangan kananku terus meremas-remas payudaranya.
Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Kemudian kepalaku bergerak menuju pangkal pahanya. Di sana kembali kujilati bibir vagina dan klitorisnya. Kujulurkan lidahku ke dalam vaginanya sambil tangan kananku terus meremas-remas payudaranya.
Setelah beberapa menit, ternyata penisku
sudah berdiri tegang dan mengeras. Tanpa menunggu diperintah lagi,
kuarahkan penisku ke liang kewanitaannya. Dengan sekali sentak, masuklah
penisku dengan mudahnya.
Rupanya ia sudah tidak perawan. Tanpa
susah payah aku terus menggenjot dan memompa penisku agar bisa
benar-benar memuaskan dirinya. Saat itu aku lupa segalanya, terapi,
isteriku yang sedang menunggu dengan harap cemas di Surabaya, pekerjaan
di kantor yang menumpuk, dll.
Pokoknya kesempatan ini tidak bisa
dilewatkan. Sementara itu Dokter Amy Yip terus saja menggoyang-goyangkan
pantatnya dengan lembut. Ia mencoba untuk mengimbangi serangan
gencarku.
Sekitar lima belas menit berlalu. Dan tiba-tiba saja perasaanku seperti
melayang. Aku merasakan kenikmatan luar biasa. “Aku ingin keluar, Dok…
sebaiknya di dalam atau…” tanyaku di tengah-tengah kenikmatan yang
kurasakan.
Baca Juga > Cerita Sex Lubang Kontrakan
“Di dalam saja Pak… biar nikmat…”
jawabnya seenaknya. Rupanya ia pun akan mengalami orgasme. Dan benar,
beberapa saat kemudian ia orgasme. Kemaluanku seperti disemprot dalam
liang vaginanya. Sementara itu spermaku pun dengan derasnya mengalir ke
dalam liang vaginanya.
Aku pun akhirnya jatuh tertidur di atas
tubuhnya. Ternyata dokter itu masih ingat bahwa apa yang kami lakukan
adalah terapi. Ia segera melirik arlojinya dan segera membangunkanku.
“Lima belas menit sepuluh detik… selamat
Pak Kuntoro… kondisi Anda kembali normal… bahkan sangat normal..”
ujarnya sambil mengenakan pakaiannya kembali dan menyalamiku. Aku yang
baru saja keletihan melayani nafsu seksnya dengan cara berhubungan intim
tentu saja tertegun. Lima belas menit? Wah hebat. Aku sembuh, Lilian!
Aku sembuh! Hampir saja aku meloncat-loncat.
Setelah membereskan semuanya, aku pun segera pulang ke Surabaya malam itu juga. Betapa bahagianya aku sekarang. Pasti Lilian akan gembira menyambut kesembuhanku. Dan benar dugaanku.
Setelah membereskan semuanya, aku pun segera pulang ke Surabaya malam itu juga. Betapa bahagianya aku sekarang. Pasti Lilian akan gembira menyambut kesembuhanku. Dan benar dugaanku.
Saat ini sudah tiga bulan kejadian itu
berlalu. Lilian pun mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan.
Menstruasinya sudah terlambat seminggu.