Jalan Sex
– Hallo kaum Sange dan kaum Lendir Situs Cerita sex menyajikan
informasi
pornografi berupa cerita dewasa, cerita sex panas, tante girang, cerita
sedarah, cerita panas. cerita bokep, cerita sex tante, cerita sex
pembantu, cerita sex hot, cerita sex abg, cerita sex mama, cerita sex
remaja, cerita sex janda, cerita sex smp sma, cerita pesta sex, cerita
sex istri, cerita sex tetangga semuanya lengkap
Sekarang kita bahas cerita tentang Cerita Sex ABG Ananda Namanya
Sekarang kita bahas cerita tentang Cerita Sex ABG Ananda Namanya
Pagi itu seperti kebiasaan aku sebelum
masuk ruang kuliah, selalu menyempatkan diri untuk menikmati makanan di
cafetaria kampus yang suasananya cukup asri dengan keberadaan taman di
samping cafetaria kampus itu sendiri. Diantara beberapa mahasiswa yang
sedang menikmati makanan, aku sempat terpaku oleh sosok yang sebelumnya
belum pernah aku lihat di kampus.
Penampilannya cukup membuatku terpesona,
dengan tank top warna merah di padu dengan blue jeans skirt setinggi
lutut menjadikan dia juga patut untuk menjadi pusat perhatian semua
cowok yang ada di cafetaria. Setelah memesan makanan dan minuman, aku
melangkahkan kakiku menuju meja yang ada di luar ruangan cafetaria yang
posisinya menghadap langsung ke arah taman kampus.
Pagi itu kebetulan aku seorang diri,
nggak seperti hari-hari biasa yang selalu datang bersama teman-teman
dekatku yang sekaligus juga teman di grup bandku. Dengan santai aku
duduk sambil menikmati segelas coklat hangat dan sepotong pancake nanas
kesukaanku.
Baca Juga > Cerita Sex Bertemu Teman SMA
Di tengah asyiknya aku menikmati
makanan, tiba-tiba telah berdiri temanku yang bernama Dina dan seorang
yang telah membuatku terpaku sebelumnya.
“Maaf Diet.. Boleh nggak kita gabung duduknya?” tanya Dina sambil tersenyum.
“Oh.. Kamu Din..!” ujarku spontan.
“Boleh-boleh… Lagian aku sendirian kok” sahuntuku meyakinkan.
“Tumben nih cafetari rame, sampai nggak ada satupun meja kosong” Kata Dina menambahkan.
“Kamu juga tumben Diet makan sendirian, biasanya khan sama grup band kamu?” kata Dina lagi.
“Iya nih Din.. Kebetulan ada kelas pagi jadinya aku berangkat lebih awal deh” jelasku sesaat setelah Dina dan temannya duduk.
“Oh iya Diet, kenalin ini anak baru di kampus kita” Dengan ramah Dina memperkenalkan temannya.
“Ananda… Ini Adietya teman kita juga,
yang kebetulan juga dia vokalis di grup band di kampus kita ini” Dina
memperkenalkan aku kepada Ananda secara panjang lebar.
“Dan dia ini Diet, mahasiswa pindahan dari Jakarta yang mengikuti orangtuanya karena pindah tugas” Jelas Dina kepadaku.
“Namanya Ananda aprilia putri, yang mempunyai hobby dengerin musik juga” sahut Dina lagi.
Yang di perkenalkan cuman tersenyum manis aja. engan ramah aku tersenyum kepada Ananda, sambil menyodorkan tanganku.
“Adietya!” kataku pendek.
“Ananda!” dengan senyum manis dia menerima uluran tanganku.
Tangannya halus banget saat aku
menggenggamnya lembut, apalagi di lengannya di tumbuhi bulu-bulu halus
yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang mulus.
Dari jarak yang lumayan dekat aku bisa
menikmati pesona kecantikan Ananda yang begitu menawan, Ananda mempunyai
rambut yang cukup tebal dan hitam yang panjangnya di bawah bahunya
sedikit. Bibirnya sensual dan selalu basah alami tanpa olesan lipstik.
Pandanganku sesaat turun ke arah lehernya yang jenjang dan berakhir di
kedua tonjolan di dadanya yang aku taksir ukurannya 36B.
Sampai di sini aku sempat menelan ludah
sesaat, betapa ranumnya buah dada Ananda yang menuruntuku begitu
menggairahkan kalau di remas nan lembut dan putingnya di jilatin dengan
gerakan erotis. Khayalanku buyar bersama teguran dari Dina mengingatkan
kalau aku masih menggenggam tangan Ananda.
“Sudah dong Diet.. Lepasin tangan Ananda” tegurnya mengingatkan.
“Maaf.. Yah Ananda” kataku polos.
“Tangan kamu halus banget sih” kataku menambahkan.
“Tangan atau, kamu yang terpesona oleh kecantikannya” sindir Dina.
Aku hanya tersenyum mendengar Dina
mengatakan itu. Sejujurnya aku memang mengagumi pesona Ananda yang
kayaknya bakal jadi bunga kampus nantinya.
Seminggu setelah pertemuanku dengan
Ananda di cafetaria. Aku bertemu kembali dengannya tapi bukan di kampus
seperti saat itu. Ananda datang bersama kedua orang tuanya untuk
menikmati makam malam di salah satu cafe yang cukup terkenal di kota
itu. Dan kebetulan aku bersama teman-temanku bermain musik akustik di
cafe itu setiap 3 kali seminggu.
Malam itu Ananda mengenakan gaun warna
hitam yang membuat penampilannya sangat berbeda dengan saat dia ada di
kampus. Gaun malam yang panjang dan modelnya sedikit sexy dibagian
dadanya membuat Ananda tampil begitu anggun malam itu. Saat itu Ananda
belum menyadari kalau yang ada di atas panggung adalah diriku.
“Selamat datang dan selamat menikmati
suguhan musik akustik dari kami, semoga makan malam anda cukup berkesan
bersama orang-orang yang anda cintai” Sambutanku kepada semua pengunjung
cafe
Setelah aku menyanyikan beberapa lagu
dan mendapat sambutan yang cukup meriah dari pengunjung malam itu.
Dengan mantap, kembali aku menyampaikan pesan khusus.
“Lagu ini akan saya persembahkan buat
pengunjung yang ada di meja nomer 5, yaitu Ananda bersama kedua orang
tuanya dan semoga makan malamnya berkesan dengan hadirnya lagu ini”
sahuntuku spontan.
Seketika pandangan Ananda bersama kedua
orang tuanya tertuju ke panggung. Dengan sopan aku menganggukan kepala
kepada mereka, sambil tersenyum ramah. Ananda sempat terpaku, ketika
melihat diriku tersenyum dari atas panggung.
Setelah melewati moment sesaat yang
merupakan kejutan dariku. Perlahan aku mulai menyanyikan lagu lembut
yang pernah dibawakan oleh Rod stewart” Have I told you lately”.
Pandanganku beradu dengan pandangan Ananda yang sedang serius menatapku
dari mejanya, ketika di awal lagu sambil tersenyum aku memandangnya
lembut.
“Have I told you lately that I love you..” bunyi lirik di awal lagu itu.
Dengan penghayatan aku menyanyikan lagu
itu yang secara tidak sengaja terinspirasi oleh kedatangan Ananda di
cafe malam itu. Setelah selesai aku menyanyikan lagu itu, bersamaan juga
saat aku bersama grupku mendapat kesempatan untuk break di session
pertama. Di saat break aku pergunakan waktu yang ada untuk menemui
Ananda bersama ke dua orang tuanya.
“Selamat malam Om, Tante dan juga Ananda” tegurku sopan.
“Perkenalkan nama saya Adietya, teman Ananda satu kampus” dengan ramah dan sopan aku memperkenalkan diri di hadapan kedua orang tua Ananda.
“Perkenalkan nama saya Adietya, teman Ananda satu kampus” dengan ramah dan sopan aku memperkenalkan diri di hadapan kedua orang tua Ananda.
Yang juga disambut dengan ramah oleh kedua orang tua Ananda.
“Pa, Ma, Ini teman Ananda yang pernah Ananda ceritakan sebelumnya” terang Ananda kemudian.
Dalam hati sempat aku bertanya, apakah
yang telah di ceritakan Ananda kepada kedua orang tuanya tentang diriku.
Setelah berkenalan dengan kedua orang tuanya dan terlibat obrolan yang
panjang, akhirnya aku tahu kalau Ananda adalah anak semata wayang di
keluarganya.
Tak mengherankan jika, kalau Ananda
mendapatkan kasih sayang secara penuh baik dari papanya dan juga
Mamanya. Itu terlihat dari kesehariannya yang riang dan lincah saat dia
berada di kampus. Setelah tiba waktu buat aku dan teman-teman untuk main
di session kedua, dengan sopan aku berpamitan kepada kedua orangtuanya
dan juga Ananda.
Suasana cafe malam itu sangat special
buat diriku, karena kedatangan orang yang sering aku khayalkan setiap
saat di tempat yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Menjelang setengah
sebelas, aku menyudahi penampilan malam itu lewat lagu”Cinta Sejati”
Milik ari lasso.
Ketika selesai acara, aku pamit kepada
teman-teman band, kalau aku ingin menemui Ananda dan kedua orang tuanya.
Sesampainya di meja Ananda, dan ngobrol sesaat, kedua orang tuanya
berpamitan ingin pulang karena sudah mulai di hinggapi rasa kantuk.
“Pa, Ma, Ananda boleh pulangnya belakangan?” tanya Ananda kepada kedua orang tuanya.
“Ananda masih pingin ngobrol dengan Adiet nih bolehkan?” rajuknya manja.
“Baiklah, asal nanti pulangnya Adietya yang nganterin!” tegas papanya.
“Baik Om.. Terima kasih atas kepercayaan yang Om berikan”jawabku kemudian.
“Makasih pa, Ma..” teriaknya sambil mencium pipi Papa dan Mamanya.
Setelah kepergian Papa dan Mamanya,
kembali kita melanjuntukan obrolan yang tertunda sesaat. Ketika waktu
menunjukan pukul 23.30 aku mengatakan kepada Ananda.
“Ananda sebaiknya kita pulang yah” kataku pelan.
“Sudah malam nih, ntar Papa dan Mama kamu gelisah menunggumu” terangku lagi.
“Baiklah kalau menurut kamu begitu” jawab Ananda kemudian.
Yang tak lama aku bergegas menyetop taxi
yang sedang lewat di depan kita. Di dalam taxi aku terdiam sambil
melamunkan kejadian yang barusan aku alami. Betapa beruntung aku bisa
duduk berduaan di dalam taxi dengan seorang gadis cantik yang begitu
banyak di dambakan oleh setiap cowok yang ada di kampus.
“Diet kenapa diam?” tanya Ananda membuyarkan lamunanku.
“Oh.. Eh”jawabku gugup.
“Aku nggak pernah membayangkan kalau aku bisa sedekat ini dengan dirimu” jelasku setelah bisa menguasai keadaan.
“Maksud kamu?”tanya Ananda lagi.
“Kamu tahu khan, kalau di kampus banyak cowok yang menaksir kamu” terangku kemudian.
“Diet, kalaupun banyak cowok yang mengejar-ngejar aku, aku punya hak juga khan buat menolak?” tanyanya lagi.
Aku hanya terdiam mendengar penjelasannya, sambil tersenyum lembut menatapnya.
“Aku sudah banyak menceritakan tentang
dirimu kepada Papa dan Mama, makanya mereka percaya kalau aku pulangnya
bersama kamu” terang Ananda meyakinkan aku.
Di kepala masih teringat saat aku
memperkenalkan diri di hadapan Papa dan Mamanya, ketika break time tadi
yang Ananda bilang pernah menceritakan aku sebelumnya.
“Diet, sejak awal perkenalan di cafetaria, hatiku sempat berdetak entah kenapa” terangnya kemudian.
“Aku juga selalu berhayal tentang dirimu” jelasnya lagi.
“Banyak cerita di kampus yang mengatakan, kalau kamu orangnya cukup lembut setiap menghadapi cewek” tambahnya lagi.
“Semua itu benar adanya, apalagi dengan
kamu memberikan sebuah lagu romantis buat diriku saat malam tadi” dengan
lembut Ananda mengatakan itu.
“Papa dan Mama sempat memuji, kalau kamu orangnya bisa menghargai seorang wanita” terangnya lagi.
Baca Juga > Cerita Sex di Tengah Taman
Terharu aku mendengar semua penjelasan
dari Ananda yang ternyata selama ini dia bersimpati terhadap diriku.
Taxi yang kita tumpangi melintasi sebuah jalan yang lampu penerang
jalannya agak redup. Dengan keberanian di tengah keremangan, aku memeluk
Ananda mendekat dan mengecup bibirnya yang ranum.
“Sudah lama aku mendambakan kamu Ananda” bisikku mesra di telinganya.
Ananda hanya tersenyum manis mendengar
bisikanku, sambil meremas mesra tanganku. Tak lama berselang taxi telah
sampai di depan sebuah rumah besar yang di halamannya ada sebuah taman
dan balai-balai kecil di pojok rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar