Hallo kaum Sange dan kaum Lendir Situs Cerita sex menyajikan informasi
pornografi berupa cerita dewasa, cerita sex panas, tante girang, cerita
sedarah, cerita panas. cerita bokep terupdate teraktual
Dia adalah anak bungsu dari lima
bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya
tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai
kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka
tinggallah Riska seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga
ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri
ternama di kota itu.
Sebagai anak ABG yang mengikuti trend
masa kini, Riska sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk
juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang
tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua
pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga
memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan.
Baca Juga > Cerita Sex Bercinta Dengan Adik Sendiri Terasa Nikmat
Penampilannya yang aduhai ini tentu
mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati
kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah
satunya adalah Parno, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah
Riska. Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang
berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat
gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.
Sosok pribadi Riska memang cukup supel
dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Parno yang sering
mengantarkan Riska dari jalan besar menuju ke kediaman Riska yang masuk
ke dalam gang.
Suatu sore, Riska pulang dari sekolah.
Seperti biasa Parno mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore
itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar
juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK. Dan Parno
memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat
birahinya kepada Riska. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk
lokasi tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Parno sengaja mengambil
jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur
yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal
pekuburan.
“Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Riska.
“Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.
“Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.
Dengan sedikit kesal Riska pun terpaksa
mengikuti kemauan Parno yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah
sampai pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah
bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan
becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.
“Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Riska.
“Hujan..”, jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.
Bangunan tersebut adalah bekas pabrik
tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai
lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti
ini membuat Riska menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat
was-was dan gelisah.
“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di
sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan
keringat..”, ujar Parno sambil menyeringai turun dari tempat kemudi
becaknya dan menghampiri Riska yang masih duduk di dalam becak.
Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.
“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Riska sambil terbengong-bengong.
“Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.
“Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.
Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.
“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Riska dengan wajah yang memucat.
Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang
menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik
rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Riska yang putih bersih itu. Kaos
kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di
bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju
putih seragamnya yang berukuran ketat.
“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Riska mulai
menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran
becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin mendekati
tubuhnya.
Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan
karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang
tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks
berusaha menampik tangan Parno yang mulai menjamah paha Riska, tapi
percuma saja karena kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang kedua
paha Riska.
“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg..
Jangann..”, Riska meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya.
Akan tetapi Parno malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya
erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan badannya ke tubuh
Riska.
Riska pun menjadi mati kutu sementara
isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu.
Kedua tangan kasar Parno mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu
hingga menyentuh pangkal paha Riska. Tubuh Riska menggeliat ketika
tangan-tangan Parno mulai menggerayangi bagian pangkal paha Riska, dan
wajah Riska menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke
dalam celana dalamnya.
“Iihh..”, pekikan Riska kembali menggema di ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke dalam liang vaginanya.
Tubuh Riska menggeliat kencang di saat
jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Parno
semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini.
Ditatapnya wajah Riska yang megap-megap dengan tubuh yang
menggeliat-geliat akibat jari tengah Parno yang menari-nari di dalam
lubang kemaluannya.
“Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara
dari bagian selangkangan Riska. Saat ini lubang kemaluan Riska telah
banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan
jari-jari Parno.
Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Parno
mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska. Riska nampak
terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya. Parno
kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu dipeluknya
erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis itu yang sintal
sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di
sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Parno juga menikmati wanginya tubuh
Riska sambil terus meremas remas pantat gadis itu.
Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir
Riska yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak
seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.
“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Riska
mendesah-desah di saat Parno melumat bibirnya. Dikulum-kulum,
digigit-gigitnya bibir Riska oleh gigi dan bibir Parno yang kasar dan
bau rokok itu. Ciuman Parno pun bergeser ke bagian leher gadis itu.
“Oohh.. Eenngghh..”, Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno.
“Oohh.. Eenngghh..”, Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno.
Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup
kuat sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal
inilah yang membuat Riska pasrah di hadapan Parno yang tengah
memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Parno meraih kepala
Riska dan menekan tubuh Riska ke bawah sehingga posisinya berlutut di
hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh
Parno kepala Riska dihadapkan pada penisnya.
“Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Parno sambil menjambak rambut Riska.
Takut pada bentakan Parno, Riska tak
bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit
membuka mulutnya dan segera saja Parno mendorong masuk penisnya ke
dalam mulut Riska.
“Hmmphh..”, Riska mendesah lagi ketika
benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Riska
menggelembung karena batang kemaluan Parno yang menyumpalnya.
“Akhh..” sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Riska.
“Akhh..” sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Riska.
Riska menangis tak berdaya menahan
gejolak nafsu Parno. Sementara kedua tangan Parno yang masih
mencengkeram erat kepala Riska mulai menggerakkan kepala Riska maju
mundur, mengocok penisnya dengan mulut Riska. Suara berdecak-decak dari
liur Riska terdengar jelas diselingi batuk-batuk.
Beberapa menit lamanya Parno melakukan
hal itu kepada Riska, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan
Parno mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Riska semakin cepat
sambil menjambak-jambak rambut Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya
menganga, matanya terpejam erat dan..
“Aakkhh..”, Parno melengking, croot.. croott.. crroott..
Seiring dengan muncratnya cairan putih
kental dari kemaluan Parno yang mengisi mulut Riska yang terkejut
menerima muntahan cairan itu. Riska berusaha melepaskan batang penis
Parno dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Parno mencengkeram kuat
kepala Riska. Sebagian besar sperma Parno berhasil masuk memenuhi rongga
mulut Riska dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi
meleleh keluar dari sela-sela mulut Riska.
“Ahh”, sambil mendesah lega, Parno mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.
Nampak batang penisnya basah oleh cairan
sperma yang bercampur dengan air liur Riska. Demikian pula halnya
dengan mulut Riska yang nampak basah oleh cairan yang sama. Riska meski
masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock
setelah diperlakukan Parno seperti itu.
“Sudah Pak.. Sudahh..” Riska menangis
sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Parno yang
sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.
Nafsu birahi yang masih memuncak dalam
diri Parno membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi
dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini
sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya
kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras
siap menerkam mangsa lagi.
Parno kemudian memegang tubuh Riska yang
masih menangis terisak-isak. Riska sadar akan apa yang sebentar lagi
terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska
bergetar ketika Parno menidurkan tubuh Riska di lantai gudang yang kotor
itu, Riska yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan
Parno.
Setelah Riska terbaring, Parno
menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Riska hingga setinggi pinggang.
Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno memerosotkan celana dalam putih
yang masih menutupi selangkangan Riska. Kedua mata Parno pun melotot
tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut
yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah
sekali.
Parno langsung saja mengarahkan batang
penisnya ke bibir vagina Riska. Riska menjerit ketika Parno mulai
menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar
masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Riska.
“Aakkhh..”, Riska menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.
Kedua tangan Riska ditekannya di atas
kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya
di vagina Riska dengan kasar dan bersemangat.
“Aaiihh..”, Riska melengking keras di
saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Parno.
Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Riska.
“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Parno mendesis nikmat.
“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Parno mendesis nikmat.
Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.
“Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Riska
mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan
Parno yang keras dan kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus
menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh
cairan vagina Riska yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.
Sekitar lima menit lamanya Parno
menggagahi Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya Parno sangat
menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Riska, sampai
akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno kembali mengejang keras,
urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan
Parno pun berejakulasi.
“Aahh..” Parno memekik panjang
melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh
spermanya di dalam rongga kemaluan Riska yang tengah menggelepar
kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi
gerakan-gerakan Parno.
Baca Juga > Cerita Sex Kenikmatan dari Ranum Adik Temanku
Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian
jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar
dari mulut Parno. Parno puas sekali karena telah berhasil melaksanakan
hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi
pandangannya dan menggoda dirinya.
Setelah rehat beberapa menit tepatnya
menjelang Isya, akhirnya Parno dengan becaknya kembali mengantarkan
Riska yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas
dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Riska tak mampu lagi berjalan
normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam
rumahnya.
Suasana di lingkungan rumah yang sepi
membuat Parno dengan leluasa menuntun tubuh lemah Riska hingga sampai ke
teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah
berbisik ke telinga Riska bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk
menikmati tubuhnya yang molek itu, Parno pun kemudian meninggalkan Riska
dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan
Riska yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya.