Senin, 09 Desember 2019

Cerita Sex Sekretaris Perawan Diperkosa

Cerita Sex - Hallo kaum Sange dan kaum Lendir Situs Cerita sex menyajikan informasi pornografi berupa cerita dewasa, cerita sex panas, tante girang, cerita sedarah, cerita panas. cerita bokep terupdate teraktual.

Sekretaris muda bernama Ana ini ketika lembur dipaksa melayani nafsu sex pemilik perusahaan dimana dia bekerja. Padahal baru bekerja satu bulan, namun Ana harus rela kehilangan keperawananya karena perbuatan mesum dari Owner perusahaan tempat dia bekerja.
Posisisex-Aku adalah gadis perawan lulusan dari universitas yang terkenal. Sebut saja aku Ana gadis perawan berusia 23 tahun. Jaman sekarang usia 23 masih perawan itu sangat susah dicari. Sekarang banyak usia dini yang hamil dan masuk ke dalam pergaulan bebas. Aku dari waktu sekolah hingga kuliah masih bisa menjaga keperawananku hingga aku wisuda.
Aku sangat ingin menjadi orang yang sukses dan dapat memantu kedua orangtuaku. Aku juga sangat beruntung bisa menjaga kepercayaaan orangtuaku. Aku ingin bekerja dan menghasilkan banyak uang sehingg a dapat menyekolahkan adik-adikku. Aku tiga bersaudara adikku masih duduk dibangku SMP dan SD. Orangtuaku bekerja sebagai pegawai negeri sipil.

Hidupku tidak pernah kekurangan semua cukup hidup dengan kesederhanaan. Sebenarnya sebelum aku wisuda sudah ada 2 orang yang melamar aku. Biasa sih temannya ibuku mempunyai seorang anak lelaki kemudian dia suka denganku. Tetapi aku menolak aku ingin bekerja mapan terlebih dahulu dan kemudian menikah dengan pria pilihanku.
Aku memiliki paras yang cantik berambut panjang dan berkulit putih. Banyak juga tawaran bekerja di perusahaan ternama , sebagai Sekretaris. Aku memang pandai berkomunikasi jadi setiap interview mau masuk kerja aku selalu di puji banyak orang. Aku melamar 3 perusahaan sekaligus dan ketiga-tiganya ketrima semuanya. Hanya aku yang akan menentukan dimana aku nyaman bekerja.
Ada satu perusahaan jauh dan menurutku itu sangat cocok denganku. Tetapi aku harus ngekost jauh dari orangtuaku. Ada yang dekat tetapi aku kurang minat bekerja disitu. Orangtuaku tidak memaksa aku harus bekerja dimana mereka membebaskannya asal aku nyaman saja. Akhirnya aku memutuskan untuk bekerja jauh dari rumah. Aku pun berniat mencari kost di dekat kantor.
Di dekat kantor banyak sekali kost an dan kebetulan ada yang kosong. Jadi aku langsung saja menemui ibu kost dan segera menempati kamar kosong itu karena senin sudah masuk kerja. Orangtuaku tetap berpesan agar aku selalu menjaga diri. Apalagi sekarang jauh dari orangtua aku harus lebih berhati-hati. Semua mandiri tidak ada yang pagi-pagi nyiapin sarapan lagi.

Semua sekarang usaha sendiri, dan aku juga harus bisa hidup mandiri tidak bergantung dengan orangtua. Aku pun menikmatinya dan aku yakin bisa menjalani hari-hariku. Awal bekerja aku sering pulang ke rumah satu minggu sekali. Namun karena banyak pekerjaan aku menjadi jarang pulang ke rumah. Selama satu minggu aku bekerja belum juga bertemu dengan pemilik perusahaan.
Padahal aku satu ruangan dengan beliau. Aku menjadi sekretaris pemilik perusahaan itu, kata temen sekantor pak Rudi itu sering ganti sekretaris. Dia pengennya yang masih muda dan cantik, ya dimana mana yang namanya sekretaris juga harus cantik dan berpenampilan menarik seperti aku. Penampilanku yang rapi cantik dan sangat menawan udah cocok sekali dengan kriteria yang dicari.
Niat aku bekerja tidak ada maksud lain. Aku berangkat pagi hari karena harus ada yang dikerjakan dan harus dibawa untuk rapat nanti.aku memeprsiapkan data yang akan dibawa nanti siang. Sejak pagi aku sudah berada di kantor namun atasanku juga tak kunjung datang. Namun setelah beberapa jam akhirnya aku bertemu juga dengan atasanku, Pak Rudi,
“selamat pagi pak, kenalkan saya Ana sekretaris bapak yang baru…”
“ohh iya selamat bekerja..dan aku senang karena kamu sangat cantik sesuai dengan apa yang aku inginkan…”
“terimakasih pak…”
Aku melihat tatapan mata pak Rudi sepertinya ada sesuatu. Dia memandangiku dengan tajam aku merasa tidak nyaman. Kemudian aku kembali ke mejaku, masih saja aku dilihat dengan tatapan tajam. Aku makan siang di kantin kemudian aku masuk ke dalam ruangan mejaku bis pindah di dekat pak Rudi. Aku semakin tidak tahu dengan maksud pak Rudi.
Aku duduk berdekatan dihadapan matanya persis, aku merasa tidak nyaman karena terlalu dekat dengan pak Rudi. Cara memandangnya dan cara bicaranya terkesan menyimpan hasrat. Aku harus selalu waspada dengan gerak gerik dan tingkah pak Rudi. Singkat cerita, kala itu ada pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga. Semua karyawan lembur di ruangan masing-masing termasuk aku.
Karena pekerjaanku lebih berat aku pulang akhir. Menata semua berkas untuk rapat besok pagi. Kala itu aku memakai pakaian yang sangat sexy, rok minii dan atasan yang serba mini. Aku tidak mengetahui jika pak Rudi masih ada di kantor. Dengan santai nya aku membuka jasku dan hanya memakai dalaman saja. Dengan tiba-tiba pak Rudi masuk ke ruangan dan mengunci pintu.
Seketika aku terkejut melihat nya, dia pun tanpa henti memandangiku dengan sorotan tajam,
“mmmm…maaaf pak saya tidak tahu jika bapak masih disini..”
“oh tidak apa-apa Ana .. sexy sekali kamu membuat aku bergairah….”
“makssudnya pak…” sambil memakai jas ku kembali.
“tidak usah kamu pakai, aku suka dengan penampilanmu saat ini Ana…”
Laki-laki yang sudah umur it uterus mengucap bahwa dia bergairah melihatku. Suasana semakin tidak nyaman karena dia terus melontarkan kata-kata yang menurutku tidak semestinya. Aku ijin untuk ke kamar mandi dia tidak memperbolehkan. Yang ada aku ditarik berada didekatnya. Di sudut ruangan ada sofa aku ditarik untuk duduk disofa itu,

“duduklah disini Giz..ijinkan aku memandangi wajahmu..”
“jangan begitu pak…” ucapku dengan ketakutan.
Aku harus menuruti kemauannya ntah apa yang dia pikirkan. Dia memandangiku tajam dan tangannya sambil memegang kemaluannya. Aku ketakutan berasa sudah tidak nyaman berada di dekat pak Rudi,
“sini Giz ..kamu tidak bisa kemana-mana karena pintu sudah aku kunci….”
“maksudnya apa pak, jangan lakukan ini….”
“turuti saja kemauanku sebagai atasanmu..jika kamu tetap ingin bekerja disini…”
“lebih baik aku tidak bekerja disini pak….” Ucapku dengan keras.
“berani sekali kamu melawanku…!!!!”
Dengan kasar Pak Rudi menarik tubuhku dan langsung saja mencium bibirku. Aku tidak membuka mulut sama sekali tetapi dia memaksa. Terus mengulum bibirku hingga aku tak tahan untuk menutup bibir lagi. Perlahan aku membuka mulutku ciuman yang penuh hasrat itu mmebuat aku luluh. Tangan pak Rudi membuka bajuku aku tidak sadar karena ciuman itu begitu hangat.
Aku terbawa suasana hanya pasrah saja saat itu. Bajuku terbuka kau memakai tangtop hitam, payudaraku yang montok membuat dia semakin bergairah. Kedua payudaraku terlihat jelas dan montok. Tangan pak Rudi meraba payudaraku , dia remashingga aku lemas,
“aaaaaaaaahhhhhhhhhhh…….” Rintihku dengan lirih.
Dia terus meremas sembari bibirnya menciumiku, aku tak tahan. Dia dengan cepat membuka braku sehingga payudaraku semakin terlihat jelas. Aku pun ditidurkan di sofa, putting susuku di putar-putar dengan jarinya,
“oooohhhh….aaaahhhhhhh….aaaaaaahhhhh……..”
Kedua payudaraku dimainkan dengan perlahan aku pun tanpa perlawanan. Aku sudah tidak berdaya dan sangat lemas,
“ooohhh…aaahhhh…ooohh…aaahhhhh….oooooohhh…..”
Bibirnya mendekati putingku, lidahnya menjulur dan menjilati putting susuku yang menegang itu. Bibirnya secara perlahan mengulum putting susuku. Tangannya masih saja meremas payudaraku, aku sangat tidak kuasa menahan kenikmatan itu,
“aaaakkkhhh pak…aaaaaaakkkkhhh…..pak……”
Tubuhku terus digerayangi dengan kedua tangannya, rok miniku di lepas dengan perlahan. Aku telanjang bulat tanpa kain sehelaipun,
“wooowww sangat menggairahkan…” ucap pak Rudi.
Kemudian dia membelai memekku dari atas hingga ke bawah. Memekku yang masih jarang dengan rambut kemaluan itu membuat dia beringas. Dia membelai dengan jemarinya dan perlahan dia membuka lebar memekku. Dia menjilati selakanganku sampai aku lemas,
“aaaakkkhhhh….ooooohhh….aaaaaahhhhhhhh……..”
Lidahnya menjilati seluruh bagian memekku tubuh bergerak merasakan kenikmatan. Lalu dia mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang memekku. Dia putar-putar jarinya di dalam memekku, aku sangat lemas,
“aaaaahhh pak…tidak tahan…aaaaaaakkkkkhhh…..”
Aku mengeluarkan cairan seperti masturbasi, beberapa kali hingga memekku terasa sangat becek. Setelah itu aku melihat penis pak Rudi memanjang , baru pertama kali ini kau melihat penis seorang pria. Penis yang besar dengan banyak kemaluan itu membuat aku geli. Aku dipaksa untuk memegangnya namun aku enggan. Yang ada aku dipaksa untukmengulum penisnya.
Penisnya disodorkan di depan mulutku dan aku harus mengulumnya. Dia memaksa memasukkan penisnya masuk kedalam mulut. Serasa ingin muntah aku mencoba memaksakan masuk. Tiba-tiba pak Rudi melepaskan penisnya dan dia menggesek-gesekkan ke bagian memekku,
“aahhhhhhh…pak…..oooohhh aaahhhh……”
Mulutnya mengulum kedua putting susuku dan penisnya ida gesekan di memekku. Semua terasa begitu nikmat tubuhku menggeliat karena nikmat memuncak,
“oooohhh pak….aaaaaahhhhh…..”
Dia mencoba memasukkan penisnya ke dalam memekku. Perlahan ujungnya masuk,
“aaawwww pak…sakit aaaaahhhh….”
Keperawananku mulai dimasuki penis pak Rudi, dengan perlahan tapi pasti masuklah penis itu ke dalam memekku,
“jjllleeeeebbbbbb ahhhhhh….”
Masuklah penis itu ke dalam memekku, ada sedikit darah yang keluar. Mungkin karena selaput keperawananku sudah pecah. Sakit dan nikmat campur menjadi satu, semua terasa begitu nikmat. Pak Rudi berada diatasku dan mencoba menekan penisnya ke dalam. Keluar masuk sesuka hatinya pelan dan pelan dia mendorong penisnya,
“aaaahhhhhhhh….aaaahhhhhh….oooohhh…..”
Aku pasrah dan hanya mendesah saja sambil menggerakkan tubuhku. Pantatku aku angkat perlahan,
“ooohhhhh aaaaaaaahhhhhhhh…….”
Saat aku mengangkat pantatku rasanya sangat nikmat, penis itu seras tertancap di dalam memekku. Kembali aku mengeluarkan cairan dari memekku , memekku terasa semakin licin. Gerakan pak Rudi semakin cepat , penisnya keluar masuk dengan keras,
“aaaakkkhh ….aaaaaaahhhhh……ooohhhh…aaaaaahhhhhhh……”
Tanganya masih saja memutar-mutar putting susuku dan mengulumnya. Atas bawah dimainkan dengan begitu lincah,
Ooohhhhh pak…lagi pak….aaahhhhh…..”
Setelah 10 menit dia menekan masuk penisnya keluarlah sperma pak Rudi,
“ccccccrrrooootttt…..ccccrrroootttt….cccrrrroooootttt……”
Sperma itu membasahi tubuh mulusku, banyak sangat kental. Terasa begitu lengket kemudian aku membersihkannya dan memakai pakaian ku kembali. Pak Rudi juga mengenakan pakaiannya kembali dan seger akeluar dari ruangan. Aku terdiam lama sekali hingga larut malam di ruangan itu. Aku menyesal karena keperawananku hilang dengan pria yang sudah lanjut usia. Aku bekerja dengan dia sebagai sekretaris dan baru satu bulan itu malah merenggut keperawananku. Sekian.

Minggu, 08 Desember 2019

Cerita Sex Salah Orang

Cerita Sex - Hallo kaum Sange dan kaum Lendir Situs Cerita sex menyajikan informasi pornografi berupa cerita dewasa, cerita sex panas, tante girang, cerita sedarah, cerita panas. cerita bokep terupdate teraktual.
Cerita Sex Salah Orang

Cerita ini bermula dari suatu kebetulan yang tidak disengaja. Sampai saat ini aku suka tertawa sendiri kalau mengingat awal kejadian ini. Bermula dari suatu Sabtu siang, aku janjian ketemu dengan salah seorang teman chat-ku. Namanya Alviona, mahasiswi tingkat akhir di salah satu PTS di Jakarta Barat. Teman chat-ku yang satu ini cukup misterius. Aku nggak pernah tau dia tinggal dimana, dengan siapa, bahkan aku tak pernah dikasi nomer telepon rumahnya. Kampusnya pun aku nggak yakin kalau yang disebutnya benar.

Saat janjian dengan Alviona pun hanya lewat SMS. Biasanya aku nggak pernah meladeni teman-teman chat yang janjian ketemu via SMS. Kapok, dulu pernah dibo’ongin. Tapi entah kenapa aku penasaran sekali dengan Alviona. Akhirnya kami janjian untuk ketemu di Mal Kelapa Gading, tepatnya di Wendy’s. Resenya, Alviona juga nggak mau kasi tau pakaian apa yang dia pakai dan ciri-cirinya. Pokoknya surprise, katanya.
Itulah kenapa hari Sabtu siang ini aku bengong-bengong ditemani baked potatoenya Wendy’s sambil menunggu kedatangan Alviona. Sudah hampir satu jam aku menunggu tapi tidak ada kabar. SMS-ku nggak dibales-bales, mau telepon pulsa udah sekarat. Aku hanya duduk sambil memperhatikan sekelilingku yang cukup sepi. Mataku tertuju pada seorang wanita keturunan Chinese berumur kira-kira 30-an yang duduk sendirian di salah satu sudut. Herannya sejak tadi wanita tersebut memperhatikanku terus. Aku sempat berpikir apa dia yang bernama Alviona. Tapi rasanya bukan. Akhirnya karena bete menunggu aku pun meninggalkan Wendy’s.

Video Panas Sex Ketika ML Dengan Istri Temanku

Tiba-tiba aku merasa ada yang menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh dan melihat wanita yang kuperhatikan tadi tersenyum ke arahku.
“Rio ya?” tanyanya. Aku terkejut. Kok dia tau namaku. Jangan-jangan wanita ini benar Alviona. Aku mengangguk.
“Iya, mm.. Alviona?” tanyaku. Wanita itu menggeleng sambil mengernyitkan kening.
“Bukan, kok Alviona sih? Kamu Rio yang di Kayuputih kan?” aku tambah bingung mendengarnya.
“Bukan, lho tante bukan Alviona?”.

Kemudian wanita itu mengajakku berteduh di salah satu sudut sambil menjelaskan maksud yang sebenarnya. Aku mendengarkan, lantas aku juga gantian menjelaskan. Akhirnya kami sama-sama tertawa terbahak-bahak setelah tau duduk persoalannya. Wanita itu bernama Esi, dan dia juga sedang janjian dengan teman chat-nya yang juga bernama Rio, seperti namaku. Akhirnya kami malah berkenalan karena orang-orang yang kami tunggu tak kunjung datang juga. Aku memanggilnya Ci Esi, karena dia menolak dipanggil tante. Kesannya tua katanya.
Siang itu Ci Esi malah mengajakku jalan-jalan. Aku ikut dengan Altis-nya karena aku tidak membawa mobil. Ci Esi mengajakku ke butik teman maminya di daerah Permata Hijau. Tante Vina, sang pemilik butik adalah seorang wanita yang sudah berusia di atas 50 tahun, tubuhnya cukup tinggi dan agak montok. Kulitnya yang putih bersih hari itu dibalut blus transparan yang bahunya terbuka lebar dan celana biru tua dari bahan yang sama dengan bajunya. Agak-agak eksentrik. Dasar desainer pikirku. Karena hari itu butik Tante Vina tidak begitu ramai, kami bertiga ngobrol-ngobrol sambil minum teh di salah satu ruang santai.
“Aduh Yo.. maaf..” seru Tante Vina. Wanita itu menumpahkan teh yang akan dituangnya ke cangkirku tepat di celanaku bagian pangkal paha. Aku sedikit mengentak karena tehnya agak panas.
“Nggak pa-pa Tante..” jawabku seraya menepuk-nepuk kemejaku yang juga kena tumpahan teh. Tante Vina reflek menepis-nepis bercak teh yang membasahi cenalaku. Ups.. tanpa sengaja jemari lembutnya menyentuh batang kemaluanku.
“Eh.. kok keras Yoo? Hihihi..” goda Tante Vina sambil memijit-mijit kemaluanku. Aku jadi tersenyum. Ya gimana nggak keras sedari ngobrol tadi mataku tak lepas dari bahu Tante Vina yang mulus dan kedua belah paha Ci Esi yang putih.
“Iya.. Tante sih numpahin..” jawabku setengah bercanda.
“Idih.. Tante Vina kumat genitnya deh.. biasa Yo, udah lama nggak.. aww!!” Ci Esi tak sempat menyelesaikan celetukkannya karena Tante Vina mencubit pinggang wanita itu.
“Iya nih Tante, udah numpahin digenitin lagi. Pokoknya bales tumpahin juga lho hihihi..” aku gantian menggoda wanita itu. Tante Vina malah tersenyum sambil merangkul leherku.
“Boleh, tapi jangan ditumpahin pake teh ya..” bisiknya di telingaku. Aku pura-pura bego.
“Abis mau ditumpahin apa Tante?” tanyaku. Tante Vina meremas batang penisku dengan gemas.
“Ya sama ‘teh alami’ dari kamu dong sayang.. mmhh.. mm..” Tante Vina langsung mengecup dan melumat bibirku. Aku yang memang sedari tadi sudah horny menyambut lumatan bibir Tante Vina dengan penuh nafsu. Kedua tanganku memeluk pinggang wanita setengah baya itu dengan posisi menyamping. Sementara tangan Tante Vina yang lembut merangkul leherku. Ah.. lembut sekali bibirnya.

Ci Esi yang melihat adegan kami tidak tinggal diam. Wanita berkulit putih mulus itu mendakati tubuhku dan mulai memainkan kancing celana jeansku. Tak sampai semenit wanita itu sudah berhasil melucuti celana jeansku sekaligus dengan celana dalamnya. Tanpa ampun lagi batang penisku yang sudah mulai mengeras itu berdiri tegak seolah menantang Ci Esi untuk menikmatinya. Ci Esi turun ke bawah sofa untuk memainkan penisku. Jemarinya yang lembut perlahan-lahan mengusap dan memijit setiap centi batang penisku. Ugghh.. birahiku semakin naik. Lumatan bibirku di bibir Tante Vina semakin bernafsu. Lidahku menjelajahi rongga mulut wanita setengah baya itu. Tante Vina merasa keasyikan.
Aku yang semakin terbakar nafsu mencoba menularkan gairahku ke Tante Vina. Dari bibir, lidahku berpindah ke telinganya yang dihiasi anting perak. Tante Vina menggelinjang keasyikan. Dia meminta waktu sebentar untuk melepas anting-antingnya agar aku lebih leluasa. Lidahku semakin liar menjelajahi telinga, leher dan bahu Tante Vina. Tampaknya wanita itu mulai tak kuasa menahan birahinya yang semakin memuncak. Dia melepaskan diri dari tubuhku dan memintaku untuk melorotkan celananya. Tanpa disuruh kedua kalinya aku pun langsung melucuti Tante Vina sekaligus dengan bajunya, hingga tubuh wanita itu bersih tanpa sehelai benang pun.
Gila, udah kepala empat tapi tubuh Tante Vina masih kencang. Kulitnya yang putih betul-betul terasa halus mulus. Sambil bersandar pada pegangan sofa, Tante Vina merentangkan kedua belah pahanya yang mulus dan memintaku melumat kemaluannya yang bersih tanpa bulu. Tanpa basa-basi aku langsung mendekatkan wajahku ke vaginanya dan mulai menjilati daerah pinggir kemaluannya.
“Hhhmm.. sshh.. teruss Yoo..” desah Tante Vina keasyikan. Aku terus menjilati vaginanya sambil tangan kananku membelai pangkal pahanya yang mulus. Di bawah, Ci Esi masih asyik mempermainkan kemaluanku. Kelima jemarinya yang lentik lincah sekali membelai dan mengocok batang penisku yang ujungnya mulai basah. Sesekali lidahnya membasahi permukaan penisku. Sebagian batang penisku tampak merah terkena lipstik Ci Esi. Kepala wanita itu naik turun mengikuti ayunan kenikmatan di penisku. Ahh.. lembut sekali mulut Ci Esi mengulumnya. Saking asyiknya tak sadar aku sampai menghentikan permainanku dengan Tante Vina untuk merasakan kenikmatan yang diberikan Ci Esi. Tante Vina tersenyum melihat ekspresiku yang mengejang menahan nikmat. Wanita itu merengkuh kepalaku untuk melanjutkan tugasku memberi kenikmatan untuknya.
Aku semakin buas melumat kemaluan Tante Vina. Jemariku mulai ikut membantu. Liang kemaluan Tante Vina sudah kutembus dengan jari tengahku. Sambil kukocok-kocok, aku menjilati klitorisnya. Wanita itu menggelinjang tak karuan menahan rasa nikmat. Kedua tangannya yang lembut menjambak rambutku.
Tanpa kusadari, Ci Esi sudah melucuti dirinya sendiri sampai telanjang bulat. Tiba-tiba wanita itu naik ke atas tubuhku dan bersiap mengurung penisku dengan vaginanya yang lembut. Kedua tangannya merengkuh leherku. Tubuhnya mulai merendah hingga ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya. Dengan bantuan tangan kiriku, perlahan penisku mulai masuk ke dalam liang kenikmatan itu, dan.. ssllpp blleess.. Amblas sudah penisku di liang kemaluan Ci Esi. Sambil memeluk bahuku, tubuh Ci Esi naik-turun. Ugghh.. nikmat sekali. Aku sampai nggak bisa konsen ngelumat vagina Tante Vina. Tapi aku nggak mau kalah. Yang penting Tante Vina mesti diberesin dulu.

Sambil menahan birahiku yang sudah di ubun-ubun gara-gara Ci Esi, aku terus melumat vagina Tante Vina. Jari tengahku yang kini sudah dibantu jari manis semakin cepat mengocok-ngocok di dalam vagina Tante Vina. Lidahku semakin liar menjelajahi klitoris dan bibir vaginanya. Tubuh Tante Vina pun semakin menggelinjang tak karuan. Sepertinya wanita itu sudah tak kuasa lagi menahan kenikmatan yang kuberikan. Aku pun mulai merasa dinding vaginanya berdenyut.
“Ssshh.. oohh.. Riioo..aahh..” Tante Vina mendesah meregang nikmat sambil meremas kepalaku yang masih menempel ketat di vaginanya. Aku merasakan rembesan lendir yang cukup deras dari dalam sana. Hmm.. aroma vagina yang begitu khas segera tercium. Aku pun menghirup lendir-lendir kenikmatan itu sambil menjilati sisa-sisa yang menempel di vagina Tante Vina. Setelah puas melepas kenikmatannya, Tante Vina mengangkat kedua pahanya dari tubuhku dan membiarkan aku leluasa menikmati permainan dengan Ci Esi.
Bebas dari tubuh Tante Vina, kini Ci Esi yang mendekap tubuhku erat. Payudaranya yang bulat dan montok menempel ketat di dadaku. Ahh.. kenyal sekali. Aku semakin merasakan kekenyalannya karena tubuh Ci Esi naik-turun. Sementara bibir kami asyik saling melumat.
“Mmhh..ssllpp..aahh..mm..” berisik sekali kami berciuman. Tante Vina sampai geleng-geleng melihat kami berdua yang sama-sama dipacu birahi.
Kemudian kami bertukar posisi. Tubuh kami berguling ke arah berlawanan sehingga kini tubuh Ci Esi duduk bersandar di sofa dengan posisi kedua kaki mulusnya yang mengangkang. Sambil bertumpu pada lutut di lantai, aku bersiap memasukkan penisku lagi ke dalam liang kemaluan Ci Esi. Ugghh.. kali ini lebih mudah karena vagina Ci Esi sudah basah. Pantatku maju mundur seiring kenikmatan yang dirasakan Ci Esi. Wanita itu bahkan sudah tak kuasa memeluk tubuhku. Kedua tangannya direntangkan untuk menahan rasa nikmat yang dirasakannya. Aku semakin menggoyang pantatku dengan keras. Aku tahu bahwa sebentar lagi Ci Esi akan mencapai klimaks, namun aku juga tahu bahwa Ci Esi tak mau kalah denganku. Aku melihat ekspresinya yang berusaha menahan nikmat.
“Terus Yo.. bentar lagi tuh.. hihihi..” goda Tante Vina. Aku tersenyum kemudian mengecup bibir wanita yang sedang duduk di samping Ci Esi tersebut. Tante Vina malah membantuku dengan menjilat, mengisap dan mengulum payudara dan puting Ci Esi.
“Aahh.. Yoo.. sshh..” akhirnya Ci Esi meregang kenikmatannya. Aku merasakan cairan hangat membasahi penisku di dalam vaginanya. Aku mendekap tubuh Ci Esi yang hangat.
“Hh.. gila kamu Yo, aku pikir bakal kamu duluan..” ujar Ci Esi. Aku tersenyum sambil melirik ke arah Tante Vina.
“Ya kan berkat bantuan Tante Vina..” jawabku seraya mencubit hidung Tante Vina. Wanita itu memelukku.
“Nah, sekarang giliran aku lagi Yo, kamu kan belum puasin aku dengan pentunganmu itu hihihi.. Ayo, kali ini pasti kamu udah nggak tahan..” Tante Vina menantangku bermain lagi. Tanpa diminta dua kali aku langsung menjawab tantangannya. Aku pun melakukan hal yang sama seperti dengan Ci Esi tadi. Kali ini aku mengakui permainan Tante Vina yang jauh lebih liar dan berpengalaman. Akhirnya kami klimaks bersama-sama. Aku klimaks di dalam vagina Tante Vina yang hangat.
Ruang santai itu memang betul-betul hebat. Tak seorang karyawan pun yang mengetahui apa yang baru saja kami lakukan. Setelah puas bermain, kami bertiga mandi bersama. Tadinya setelah mandi kami mau melanjutkan lagi di kamar tidur Tante Vina. Tapi karena sudah sore, sebentar lagi suami Tante Vina pulang. Untungnya Ci Esi punya ide untuk melanjutkan di hotel. Tante Vina pun setuju, namun aku dan Ci Esi berangkat duluan.
Malam itu kami check-in di salah satu hotel di daerah Thamrin. Aku dan Ci Esi lebih dulu melanjutkan permainan. Satu jam kemudian Tante Vina baru datang melengkapi kenikmatan kami. Dan yang bikin aku surprise, malam itu Tante Vina mengajak teman seprofesinya yang umurnya kira-kira lebih muda 3 atau 5 tahun, namanya Tante Ida. Malam itu aku betul-betul puas bersenang-senang dengan mereka bertiga. Kami melepas birahi sampai jam 3 pagi. Kemudian kami tidur sampai jam 9 pagi, lantas kembali menuntaskan permainan. Aku betul-betul tidak menyangka kalau gara-gara salah orang bisa sampai seperti ini.

Sampai kini aku nggak pernah ketemu dengan Fanny, teman chat-ku. Kami pun nggak pernah SMS-an lagi. Entah kemana perginya Fanny. Tapi yang jelas semenjak kejadian itu, aku terus keep contact dengan Ci Esi, Tante Vina dan Tante Ida. Sekarang Ci Esi sudah menikah dan tinggal di Australia dengan suaminya. Tapi kami masih sering kontak. Sedangkan dengan Tante Vina dan Tante Ida, aku masih terus berhubungan untuk sesekali berbagi kenikmatan. Tadinya mereka ingin memeliharaku sebagai gigolo, namun aku menolak karena aku melakukannya bukan untuk uang dan materi, tapi untuk kesenangan saja. Kadang kalau Ci Esi sedang di Indonesia, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi butik Tante Vina bersama-sama untuk melepas birahi. Tempat Tante Vina sering dijadikan tempat affair kami agar suaminya tidak curiga.
Oke, segitu dulu pengalamanku. Salam manis buat Ci Esi yang lagi hamil 3 bulan. Mudah-mudahan kesampean dapat anak laki-laki. Buat Tante Vina dan Tante Ida, thank’s buat kehangatan yang diberikan. Juga buat Fanny, my mysterious friend yang udah membuka jalan hehehe.. Lain kali kalau ada pengalaman yang berkesan, aku akan ceritakan lagi di situs ini.

Selasa, 19 November 2019

Cerita Sex Pecah Perawan

Cerita Sex - Hallo kaum Sange dan kaum Lendir Situs Cerita sex menyajikan informasi pornografi berupa cerita dewasa, cerita sex panas, tante girang, cerita sedarah, cerita panas. cerita bokep terupdate teraktual
Hallo kaum Sange dan kaum Lendir Situs Cerita sex menyajikan informasi pornografi berupa cerita dewasa, cerita sex panas, tante girang, cerita sedarah, cerita panas. cerita bokep terupdate teraktual

Sepertinya aku harus mengubur dalam-dalam impianku untuk menjadi satu-satunya perempuan dengan gelar MBA di kampung ini. Sia-sia sudah semua jerih payah selama masa kuliah dulu. Semuanya bdrawal dari datangnya musim kemarau yang berkepanjangan tahun lalu.
Untuk mengembangkan usahanya, Abah telah mendapatkan kredit yang lumayan besar dari sebuah bank swasta. Semula, Abah tidak mengalami kesulitan untuk membayar cicilan kreditnya karena hasil yang diperoleh Abah dari perkebunannya yang luas dan modern sangat berlimpah. Karena itulah Abah dapat mengirim aku ke Jawa untuk kuliah di sebuah universitas terkemuka di negeri ini.
Namu, musim kemarau berkepanjangan tahun lalu telah menghancurkan semuanya. Semua tanaman di ladang dan kebun Abah mati kekeringan. Karena stress, Abah terkena stroke dan aku pun harus membatalkan niatku untuk melanjutkan kuliah di tingkat S2.
Semakin hari kondisi Abah tambah menurun. Kami sekeluarga harus menjual barang-barang berharga kami untuk biaya pengobatan dan membayar cicilan kredit ke bank. Pada bulan ke-enam, kami sudah tidak punya apa-apa lagi yang dapat kami jual, sementara rumah dan lading sudah diagunkan Abah ke bank untuk mendapatkan kredit sehingga tidak mungkin kami menjualnya.
Sebulan yang lalu, beberapa orang petugas bank datang menagih pembayaran cicilan kredit yang sudah tidak lagi dapat kami bayar selama tiga bulan. Mereka mengancam akan menyita rumah dan lading apabila kami tidak dapat melunasi tunggakan pembayaran dalam waktu dua minggu. Kami hanya bisa menangis, memohon belas kasihan orang-orang bank itu. Namun, mereka hanya petugas rendahan yang tidak memiliki wewenang besar, sehingga mereka tidak dapat membantu kami.
Di tengah kekalutan, datang seorang laki-laki paruh baya yang bersedia membantu kami. Dia adalah salah seorang terkaya di kampung kami, yang juga sekaligus merupakan saingan usaha Abah. Kami mengenal pria ini sebagai Pak Randy. Semua hutang-hutang kami dibayar lunas oleh Pak Randy pada hari itu juga. Kami semua sangat senang dan berterima kasih pada Pak Randy, karena tanpa dia, kami mungkin harus tinggal di kolong jembatan atau emperan toko.
Malam itu Pak Randy datang ke rumah kami dan aku menemani Mak untuk menemuinya. Tak disangka, ketika Mak pergi menengok Abah di kamar, Pak Randy mengatakan hal yang tidak pernah terlintas di pikiranku.
Cerita Sex Pecah Perawan

“Kamu sadar, kan … Melly, Utang abah kamu besar sekali. Saya harus mengeruk tabungan untuk melunasinya. Tentunya saya tidak mau itu dianggap amal jariah. Saya harus mendapatkan sesuatu. Saya ingin mendapatkan kamu, Melly,” kata Pak Randy.
“Ma …. Mmaa …maksud Pak Randy, bapak mau mengambil saya sebaga istri?” tanya ku terbata-bata.
“Melly … Melly …Kalau saya mengambil kamu sebagai istri, maka hubungan utang piutang di antara kita akan hilang. Saya tidak mau itu. Saya bilang kan tadi saya ingin mendapatkan kamu, tubuh kamu persisnya. Saya ingin menikmati tubuh kamu sampai saya anggap utang itu lunas,” kata Pak Randy sambil menyeringai.
Begitu mendengar keinginan Pak Randy, Mak langsung meminta Pak Randy pergi dari rumah kami, namun Pak Randy membalas ucapan Mak dengan mengatakan bahwa dial ah yang sebenarnya berhak untuk mengusir kami dari rumah ini. Pak Randy benar dan kami tidak punya alasan lain untuk membantahnya. Aku dan Mak menangis sambil berpelukan. Namun aku sadar bahwa dengan merelakan tubuhku, aku akan dapat menyelamatkan kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi. Karena itu, aku mengiyakan permintaan Pak Randy.
Malam itu, Pak Randy menjadi lelaki pertama yang menyetubuhi aku. Aku merelakan keperawananku untuk membayar utang Abah.
Di sini, di kamar ini, untuk pertama kalinya aku melayani laki-laki. Pak Randy bahkan tidak mau repot-repot menghabiskan uang untuk menyewa kamar hotel untuk menikmati tubuhku. Begitu aku mengiyakan niatnya, dia meminta aku bersiap-siap di kamarku sambil menunggu obat kuat yang diminumnya bereaksi. Aku masih duduk di ujung tempat tidur ketika Pak Randy masuk ke kamarku. Dia langsung menghampiri aku tanpa peduli bahwa dia membiarkan pintu kamarku terbuka lebar dan kemudian membelai rambutku. Tiba-tiba dia membuka retsleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang. Aku terkesiap. Itu adalah kali pertama aku melihat kontol, dan kontol itu ada di depan wajahku.
Pak Randy meminta aku mengulum kontolnya. Dengan tangan gemetar aku memegang kotol Pak Randy dan memasukkannya ke mulutku. Air mataku berlinang. Betapa tidak, aku yang berpendidikan tinggi ini pada akhirnya terpaksa harus mengulum kotol laki-laki tua. Pak Randy menjambak rambutku dan memaksa aku untuk mengocok kontolnya dengan mulutku. Meski sempat tersedak, aku berusaha untuk menyenangkan lelaki tua bangka ini. Pak Randy menikmati layananku sambil mendesah dan mendesis. Setelah beberapa menit berlalu, kotol Pak Randy menjadi semakin tegang dan Pak Randy memegang kepalaku dengan kedua tangnnya sambil mendorong kontolnya ke dalam mulutku. Dia mencapai klimaks dan air maninya menyembur keluar di dalam mulut ku. Karena kepalaku tertahn kedua tangan Pak Randy, aku terpaksa menelan peju yang keluar agar aku tetap bisa bernafas. Sebagian peju Pak Randy meleleh keluar dari mulutku ketika Pak Randy menarik keluar kontolnya dan tumpah membasahi bajuku.
Kemudian Pak Randy meminta aku membuka semua pakaian yang aku kenakan. Pak Randy menjadi lelaki pertama yang pernah melihat aku telanjang bulat. Dia memandangi tubuh mulusku sejenak dan meminta aku rebah di atas tempat tidur, sementara dia melucuti pakaiannya sendiri. Dia naik ke atas tempat tidur dan kedua tangannya mulai mengeranyangi dadaku. Dia meremas payudaraku dengan lembut sambil memainkan pentilnya. Aku terdiam bagaikan patung. Aku berusaha untuk mengabaikan rasa geli yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya pada buah dadaku. Salah satu tangannya meraih ke selangkanganku dan membelai lembut memekku. Sementara itu, dia memainkan lidahnya pada salah satu payudaraku. Aku begitu marah pada diriku sendiri karena aku seharusnya tidak menikmati apa yang dia lakukan pada tubuhku, namun aku tidak kuasa menahannya. Pak Randy telah memberikan sensasi yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sensasi yang membuat aku melambung ke awing-awang.
Tanpa sadar aku membuka lebar-lebar kedua pahaku dan mengerak-gerakkan pantatku. Pak Randy membuka bibir memekku dan dengan jari-jarinya dia mulai menggosok-gosok itilku dengan lembut. Mulutnya tak henti-hentinya menyedot pentil buah dadaku. Tubuhku sudah di luar kendaliku sendiri karena nafsu birahi telah menguasaiku. Kini aku yang mendesah dan mendesis. Perlahan-lahan kepala Pak Randy berpindah dari dadaku, turun ke perutku dan akhirnya dia menempatkan kepalanya di selangkanganku. Kini dengan lidah dan bibirnya dia melahap memekku. Habis sudah pertahananku. Aku kini bahkan menyodor-nyodorkan memekku sambil memembelai dan sesekali merenggut rambutnya. Sensasi yang tak pernah aku rasakan itu begitu indah dan nikmat.
Cerita Sex Pecah Perawan

Melihat aku sudah sangat terangsang, Pak Randy berhenti dan mengambil posisi di antara kedua pahaku. Kontolnya dia gesek-gesekkan ke itil dan lubang memekku. Aku yang sudah dikendalikan nafsu justru mengangkat pantatku sehingga ujung kotol Pak Randy menyodok masuk ke lubang memekku. Aku tersentak. Sensasi yang aku rasakan ternyata jauh lebih nikmat sehingga tanpa sadar aku memohon Pak Randy untuk cepat-cepat memasukkan kontolnya ke memekku yang sudah basah oleh cairanku endiri dan liur Pak Randy.
“Masukin, Pak … Masukin …. Aku sudah gak tahan lagi,” kataku.
“Hehehehe … Siapa tadi yang menagis tersedu-sedu gak mau melayani aku? Hahahaha … Nih, aku kasih ….” katanya sambil melesakkan kontolnya ke lubang memekku yang masih sempit. “Agak sakit sedikit, kamu tahan ya …”
“Ahhhhhhh …… Shhhhhhh …. Enakkk …Pak,” kataku. Separuh kotol Pak Randy kini sudah masuk ke dalam memekku. Dia mengerakkan pingulnya maju mundur dengan perlahan. Aku meracau dilanda kenikmatan yang timbul karena gesekan dinding memekku dengan kotol Pak Randy. Tiba-tiba Pak Randy mengigit leherku dan menyentak pinggulnya maju sehingga kontolnya masuk semuanya ke memekku.
“Aaaaauuu …. Sakit …. …Pak!” aku tersentak. Selaput daraku kini sudah tembus di dorong kotol Pak Randy. Namun rasa pedih di leher dan rasa kaget karena digigit secara tiba-tiba membuat aku tidak terlalu merasakan pedih yang timbul karena sobeknya selaput daraku. Pak Randy cuma terkekeh.
“Gimana? Gak terlalu sakit kan memek kamu?”
“Enggak Pak, tapi pelan-pelan keluar masuknya. Masih agak nyeri …”
Kemudian Pak Randy mulai melakukan gerakan memompanya. Awalnya perlahan-lahan dan kemudian semakin cepat.
“Ahhhhh Mellyiiii …. Nimaaat bangeeeet ….. “ kata Pak Randy.
Aku tidak menjawabnya. Aku terlalu sibuk menikmati persetubuhan itu dan sesekali aku mengangkat pantatku untuk menyambut tusukan kotol Pak Randy di memekku. Aku merangkul dan membelai-belai punggung Pak Randy. Aku sudah memperlakukan Pak Randy seperti seorang suami. Pak Randy mempercepat gerakannya dan aku pun semakin melambung ke angkasa. Aku merasakan dorongan yang sangat kuat di bagian rahimku yang membuat aku seperti mengejan. Reluruh otot-otot di tubuhku mengejang. Memekku berdenyut-denyut.
“AAAAAAAAAAH ……. AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …” aku menjerit keras ketika aku mencapai orgasme pertamaku. Hal yang semula aku lakukan karena terpaksa untuk menyelamatkan martabat orang tuaku ternyata begitu nikmat. Mungkin ini adalah kompensasi yang diberikan Tuhan atas pengorbananku. Tubuhku begitu rileks setelah puncak kenikmatan bersetubuh itu aku capai. Aku terbujur di atas tempat tidur sambil meresapi setiap sensasi yang aku rasakan.
Pak Randy yang belum mencapai klimaks tidak terlalu suka dengan kondisi memekku yang sangat basah serta tubuhku yang lemas tanpa reaksi. Dia mencabut kontolnya dari memekku dan berganti posisi. Dia menempatkan kontolnya di antara kedua buah dadaku. Dia memegang buah dadaku dengan kedua tangannya sehingga kontolnya terjepit kedua benda lembut tapi kenyal itu. Lalu dia menggerakkan pinggulnya dan memperlakukan celah di antara kedua buah dadaku seperti yang dia lakukan pada memekku. Aku yang masih lemas karena orgasmeku hanya terdiam memandangi kepala kotol Pak Randy yang timbul tenggelam dari celah itu. Setelah beberapa menit Pak Randy mempercepat gerakkannya dan akhirnya air maninya menyembur membasahi wajah, leher dan payudaraku. Dia pun ambruk di sisiku sambil mengatur nafasnya.
“Bukan main! Asyik sekali yang barusan itu ….” kata Pak Randy sambil kembali mengenakan pakaiannya. “Mulai hari ini sampai batas waktu yang aku tentukan nanti, kita akan sering melakukannya. Kamu harus siap kapan pun saya ingin menyelipkan kotol ini di memek kamu,” sambungnya sambil berjalan meninggalkan aku yang terbujur lemas di atas tempat tidur.
Begitu aku sadar tentang apa yang telah terjadi, air mataku menitik keluar. Aku tidak menyesali pengorbananku, namun aku menyesali mengapa aku begitu menikmati persetubuhan itu. Aku merasa jijik pada diriku sendiri, tetapi aku tidak bisa memungkiri bahwa kenikmatan yang aku dapat dari persetubuhan itu memang begitu indah. Aku bahkan tidak menyeka mukaku yang berlumuran air mani Pak Randy yang bercampur air mataku.
Mak yang rupanya sempat menyaksikan detik-detik terakhir persetubuhanku dengan Pak Randy dengan setengah berlari menghambur masuk ke kamar dan menghampiriku “Mellyiii …… Maafkan Mak dan Abah ya nak. Karena kami kau harus melakukan ini,” kata Mak sambil membersihkan wajah. Leher dan dadaku dari air mani Pak Randy dengan sapu tangan yang diambilnya dari meja riasku. (Aku masih menyimpan sapu tangan bernoda air mani Pak Randy itu dan sesekali aku menciumi aroma laki-laki yang samar-samar masih tersisa di sana). Aku hanya diam mematung di atas tempat tidurku, tak mapu untuk berkata apa-apa. Mak menutup tubuh telanjangku dengan selimut dan menyuruh aku untuk tidur. Aku pun terlelap sampai pagi.
Sebelum pergi meninggalkan rumah kami, Pak Randy sempat menaruh beberapa lembar uang ratusan ribu di atas meja riasku. Aku pergunakan uang itu untuk biaya pengobatan Abah dan makan sehari-hari. Sejak saat itu, aku telah menjadi gundik pemuas nafsu birahi Pak Randy untuk waktu yang aku pun tidak tahu berapa lama.
Pagi tadi, ketika aku kembali dari pasar, aku bertemu Pak Randy di tengah jalan. Dia sedang berdiri sambil mengobrol dengan Pak Okta, sopirnya. Rupanya Pak Randy sedang meninjau pembuatan sumur bor di tengah ladangnya. Jalan di desa kami memang tidak pernah terlalu ramai, sehingga Pak Randy bisa memarkir mobilnya di bahu jalan tanpa menghalangi orang yang lalu lalang. Pak Randy menyapaku dan meminta aku untuk berhenti sebentar.
Cerita Sex Pecah Perawan

“Wah baru selesai belanja rupanya …” kata Pak Randy.
“Ya, Pak … Untuk makan siang dan makan malam Abah dan Mak nanti,” jawabku.
“Sini kamu. Aku kepingin sarapan dulu,” katanya sambil menarik tanganku untuk mendekatinya.
Menyadari posisiku yang lemah, aku tidak berani melawan. Begitu aku berdiri di sampingnya, Pak Randy membuka retsleting celananya dan aku mengerti apa yang dia mau. Aku berjongkok dan mulai mengulum kontolnya. Sambil terus mengawasi orang-orang yang sedang membuat sumur bor, Pak Randy menikmati “sarapan pagi” yang sedang aku berikan. Aku pegang kontolnya dan aku gerak-gerakkan kepalaku maju mundur sehingga kepala kontolnya keluar masuk dari mulutku. Sesekali aku jilati ujung kontolnya sambil beristirahat. Pak Randy begitu menikmatinya sehingga dia mengerang, mendesis bahkan kadang bergumam tidak jelas. Suaranya membuat orang-orang yang sedang membuat sumur bor menoleh ke arah kami. Malu juga rasanya ditonton orang, walau hanya cuma beberapa kepala saja.
kotol Pak Randy sudah begitu tegang dan keras. Dia meminta aku berdiri dan melepas celana dalamku. Semula aku menolak. “Masak di sini sih, Pak … Kan gak enak ditonton orang,” kataku. “Tenang saja … Ayo cepat buka,” katanya sambil mengocok-ngocok kontolnya dengan tangannya sendiri. Aku angkat rokku dan aku copot celana dalamku dengan hat-hati agar memekku tidak terlihat oleh orang-orang di lading atau Pak Okta yang berdiri tidak jauh dari kami, setelah itu aku lipat dan taruh di keranjang belanjaanku. Pak Randy meminta aku berdiri di samping mobil dan menaruh kedua tanganku di atas kapnya. Pak Randy kemudian berdiri di belakangku dan menyingkap bagian belakang rokku. Pantatku yang telanjang terasa dingin diterpa angin. Aku malu sekali karena pantatku bisa dilihat oleh banyak orang sekarang. Akan tetapi bayangan akan disetubuhi di udara terbuka dan disasksikan orang banyak membuat aku agak terangsang. Pak Randy sempat tersenyum begitu dia menyentuh memekku dari belakang, karena memekku ternyata sudah cukup basah.
“Wah sudah basah nih, sudah kepingin ya?” katanya. “Baguslah, coba bungkukkan badanmu sedikit biar saya gampang masuk,” sambungnya. Aku mnegikuti keinginannya. Badanku aku bungkukkan sedikit sehinga pantatku agak menonjol ke belakang. Kakiku dilebarkan. Akhirnya, hal itu pun terjadilah. kotol Pak Randy masuk ke dalam memekku yang masih sempit ini. Pak Randy masih agak kesulitan menembus lubang di selangkaganku. Pelan-pelan dengan dibimbing tangannya kotol Pak Randy akhirnya melesak masuk. Badanku agak bergetar begitu aku merasakan gesekan kotol Pak Randy pada dinding-dinding dalam memekku. Perlahan-lahan Pak Randy mulai menggenjot kontolnya keluar masuk memekku.
“Ahhhhh ….. Aaaaahhhhhhh …. Aaaaaaahhhhhhh….” desahku pada setiap tusukan. Aku menggoyang pinggulku untuk mengimbangi genkotan Pak Randy. “Shhhhhhh …. Yeeeeeaaahhhhhh …… Aaaaaaahhhh …” aku terus mendesah.
“Nikmat sekali … Goyang terus, Melly … Yaaaa …… Kayak gituuuuu …… Uuuuuuuhhhhhhh …..” kata Pak Randy. Tangan Pak Randy memegangi pinggangku setiap kali dia mendorong kontolnya masuk ke memekku. Sesekali dia meremas buah dadaku dari balik baju.
Sensasi bersetubuh di pinggir jalan dengan beberapa orang yang menyaksikannya sangat luar biasa buat aku. Aku merasa seperti wanita jalang yang hanya punya satu tujuan hidup: seks. Aku sangat menikmati persetubuhan itu sehingga tanpa sadar aku mengeleng-gelengkan kepalaku sambil terus mendesah, mendesis dan bahkan berteriak. Kenikmatan itu sudah mengambil alih kendali atas tubuhku.
“Lebih cepat, Pak …. Lebih cepat ….. Yeeeeeaaaaaahhhh …. Shhhhh …. Genjot lebih cepaaaaat …. Aku sudah mau keluar …” Pak Randy pun memenuhi permintaanku. Kontolnya bergerak lebih cepat keluar masuk memekku. Aku merasa sudah hampir mencapai orgasme. Tubuhku mengejang dan melengkung ke belakang hingga berhimpitan dengan tubuh Pak Randy.
“Aku mau keluar Pak …. Aku mau keluaaaaarrrrr …. AAAAAHHHHH …. AAAAAAAAHHHHHHHH …..AAAAAAHHHHHHHHHHH ….” Aku berteriak melepaskan semua rasa ketika orgasme meledak-ledak di dalam tubuhku. Orang yang lewat dan para tukang yang sedang bekerja di lading membuat sumur bor mengalihkan perhatian mereka ke arah kami berdua. Aku sudah tidak peduli lagi. Kenikmatan seksual ini jauh lebih berharga bagiku. Sesaat setelah tubuhku kembali melemas, Pak Randy mencabut kontolnya dari memekku dan meminta aku melakukan oral lagi. Hanya beberapa menit saja aku mengulum, mengenyot dan menjilari kotol Pak Randy hingga akhirnya kotol itu menumpahkan air mani kental berwarna putih. Sebagian air mani itu membasahi bajuku dan rambutku. Lalu aku menjilati sisa air mani dari kotol Pak Randy hingga bersih.
Setelah itu aku membenahi rok dan bajuku dan minta ijin Pak Randy untuk pulang. Celana dalam sengaja tidak aku pakai lagi. Di sepanjang jalan, ada beberapa orang yang menoleh ke arahku ketika berpapasan. Aroma air mani segar yang tumpah di bajuku mungkin yang menarik perhatian mereka. Aku terus bejalan tanpa mempedulikan mereka. Sesampai di rumah aku memberika belanjaanku kepada Mak yang bingung melihat ceceran air mani di bajuku. Tapi dia tidak banyak tanya. Selitas aku melihat air matanya berlinang. Aku pun tidak peduli. Kalau memng aku harus menjadi budak seks Pak Randy untuk menolong orangtuaku, mengapa tidak sekalian saja aku menikmati setiap persetubuhan yang aku lakukan. Bagaimanapun, aku toh harus melakukannya ….
Cerita Sex Pecah Perawan

Hari ini aku kembali membawa Abah ke rumah sakit untuk melanjutkan pengobatannya. Syukurlah, dokter bilang kondisi Abah sudah banyak kemajuan. Aku menyempatkan diri ketika sedang berada di rumah sakit untuk mengunjungi dokter kandungan. Aku minta pada dokter itu untuk memasangkan spiral di rahimku. Semula dokter menganjurkan aku untuk mengurungkan niatku, namun dengan sedikit kebohongan dia pun bersedia melakukannya. Aku katakana pada dokter itu bahwa aku sedang menyelesaikan kuliah S2-ku. Kehamilan pasti akan sangat mengganggu. Entah aku dapat ide dari mana untuk mengarang cerita bohong itu. Dengan spiral di rahimku, aku tidak akan takut lagi persetubuhanku dengan Pak Randy berakhir dengan kehamilan.
Setelah beberapa hari tidak menyentuh tubuhku, sore tadi Pak Randy bertandang ke rumah. Aku tahu apa maksud kedatangannya dan aku pun sudah menyiapkan diriku untuk kembali melayaninya. Bayangan akan kenikmatan orgasme membuat aku menjadi bergairah. Aku sambut Pak Randy di pintu depan dan menyilakannya duduk di ruang tamu. Setelah menghidangkan secangkir teh, aku menemani Pak Randy berbicang-bincang sebentar.
“Melly, kita ngewek di taman belakang sana yuk …” kata Pak Randy. “Sudah lama kan kita gak ngewek.” “Terserah Bapak saja … Saya kan gak bisa nolak,” jawabku pasrah. Pak Randy bangkit dari kursi tamu dan menarik tanganku untuk mengikutinya ke taman belakang rumah. Taman di belakang rumah tidak terlalu terbuka. Pagar sampingnya lumayan tinggi, tetapi bagian belakangnya sengaja hanya dipagari dengan pohon perdu setinggi pinggang yang selalu dipangkas rapi. Di taman itu, ada beberapa buah kursi taman dari batu tanpa sandaran serta sebuah meja batu besar. Di sekelilingya ditumbuhi berbagai tanaman hias dan bunga. Ah, bersetebuh di udara terbuka, membayangkannya saja aku sudah terangsang. Tanpa disentuh pun, memekku sudah basah ….
Pak Randy meminta aku menanggalkan semua pakaianku. Dia agak kaget melihat ternyata aku sudah tidak memakai celana dalam. Setelah tidak ada benang sehelai pun yang menempel di kulitku, Pak Randy meminta aku duduk di pinggir meja batu besar. Dia juga mencopot pakaiannya, sehingga kami pun berdua bugil seperti bayi baru lahir. Dia berjongkok di hadapanku dan mengangkat kedua kakiku. Ternyata dia ingin menciumi dan menjilati memek dan itilku. “Ssssshhhhhh …. Yahhhhhhhhhh ….. Itilnya, Pak ……… Itilnya ………… Yahhhhhh ……. Ohhhhhhhhhhhh ………” kataku sambil terus mendesis menikmati setiap sapuan lidahnya di itilku.
Setelah memekku benar-benar basah, Pak Randy duduk di salah satu kursi batu dan meminta aku duduk di pangkuannya. Dengan mudah kontolnya masuk ke memekku ketika aku menurunkan pantatku. Dengan bertumpu pada pundak Pak Randy aku bergerak naik turun sehingga kotol Pak Randy bergerak bebas keluar masuk memekku. Sebentar saja aku sudah tenggelam dalam kenikmatan birahi. Aku terus mendesah dan mendesis. Ternyata Pak Randy sangat menyukai tingkahku setiap kali dia menyetubuhiku. Istrinya atau wanita lain yang sering dia setubuhi biasanya hanya diam saja menerima segala perlakuan Pak Randy. Desahan dan teriakanku membuatnya lebih bergairah. Sambil duduk seperti itu, itilku selalu bergesekan dengan jembut Pak Randy yang kasar setiap kali aku bergerak turun.
Setelah bermain dengan posisi duduk selama beberapa puluh menit, Pak Randy meminta aku rebah di meja batu besar dan dia pun menyodokkan kontolnya ke memekku sambil berdiri. Kedua kakiku dilipat ke atas dan ditopang oleh kedua tangannya. Dengan begitu, memekku menjadi menyembul ke atas dan lebih keras menjepit kotol Pak Randy. “Aaaaahhhhhh …… Ini baru enaaaaaakk ….” Kata Pak Randy sambil terus menggenjot pinggulnya. “Genjot yang kuat, Pak …. Ayo … dong ….” Kataku memberi semnagat. Satu tanganku menjulur ke bawah untuk meraih itilku sendiri. Sambil terus menikmati setiap tusukan kotol Pak Randy di lubang memekku, aku menggosok-gosok dan memilin-milin itilku. Sementara tangan yang satu lagi aku pergunakan untuk memilin-milin pentil buah dadaku.
Tanpa sadar mulutku terbuka lebar mendapatkan kenikmatan rangsangan itu. “Ahhhhhh … ahhhhhhh …. Ahhhhhh ….. ahhhhh ….” Keluar dari mulutku setiap kali Pak Randy menyodokkan kontolnya. “Kocok yang cepat, Pak … Lebih cepat, lebih cepat …. Tolong, Pak … Kocok lebih cepaaaattt ….. Aku sudah mau keluaaaarrrr ……Ahhhhhh ……” seperti yang sudah-sudah Pak Randy pun memenuhi permintaanku. Dia menarik dan mendorong kontolnya lebih cepat. Ergesekan kotol Pak Randy dan memekku mengeluarkan bunyi berdecak-decak. Tubuh kami sudah bermandi keringat. Entah pada sodokan yang keberapa aku pun mencapai orgasme. “AAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …………… AHHHHHHHHHHHHHH …. AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH ….. EENNNNNNAAAAAKKKKKHHH !!!” teriakku. Kakiku kaku menjulur ke atas dan pahaku mengatup. kotol Pak Randy tak bisa lagi bergerak. kotol itu berdenyut-denyut di dalam memekku dan akhirnya menyemburkan cairan kental memenuhi rahimku. “AAAARRRRGGHHHHHH ……” Pak Randy pun berteriak sambil memancarkan cairan spermanya. “MellyIIII …. SAYA JUGA KELUARRRRR…”
Pak Randy tertunduk lemas sambil bertopang pada meja batu dengan kedua tangannya. Kedua kakiku kini menjuntai lemas. Namun Pak Randy sepertinya sengja tidak mencabut kontolnya dari memekku. Bahkan dia beberapa kali mendorongnya agar masuk lebih dalam. Ketika kontolnya sudah benar-benar lemas lunglai, barulah Pak Randy mencabutnya dan rebah disampingku.
“Melly, kamu tadi menjepit kotol saya sehingga saya tidak bisa mencabutnya. Air mani saya tumpah semua di dalam memek kamu. Apa kamu sengaja agar kamu hamil?” tanya Pak Randy. “Tenang Pak. Aku sudah pasang spiral . Kecil kemungkinannya aku hamil,” jawabku. “Ohhhh … sukurlah. Aku agak kaget tadi,” kata Pak Randy lega dan untuk pertama kalinya dia mencium keningku.
Setelah merenggut keperawananku dan menyetubuhiku berulang kali, inilah kali pertama Pak Randy menciumku. Aku memegang wajahnya dan membelainya. Entah siapa yang memulai, kami kemudian berpagutan. Kami berciuman dengan lembut dan tidak tergesa-gesa. Indah sekali … Lima menit kami berciuman. Lidah kami bertemu dan bergelut di dalam mulutku. Karena ciuman itu Pak Randy dan aku kembali terangsang.
Tangan Pak Randy kembali beraksi meremas payudaraku dan memainkan itilku secara bergantian. Sementara aku membelai dan mengocok kotol Pak Randy agar tegang kembali. Begitu kontolnya kembali tegang, aku mendorong Pak Randy agar rebah di atas meja batu dan aku naik ke atas tubuhnya. Dengan sekali sentakan, kotol Pak Randy kembali masuk ke memekku yang masih basah oleh air maninya tadi. Dan kami pun terhanyut kembali dalam gelombang birahi Desahan dan teriakan kenikmatan kembali keluar dari mulut kami.
Sore itu, dua kali Pak Randy menumpahkan air maninya di dalam memekku dan dua kali pula aku menguyur kotol Pak Randy dengan cairan memekku ketika kami orgasme. Setelah puas, Pak Randy kembali berpakaian dan pamit pulang. Tak lupa dia menyelipkan beberapa lembar uang ratusan ribu di tanganku. Aku menerimanya. Aku butuh untuk pengobatan Abah, membayar listrik dan makan sehari-hari.
Aku sengaja tetap tinggal di taman belakang, rebahan di atas meja batu, telanjang bulat. Air mani Pak Randy menetes keluar dari memekku. Mungkin aku sempat terlelap di atas meja batu itu, karena begitu aku tersadar tubuhku sudah tertutup kain batik. Mungkin Mak yang menyellimuti aku tadi. Aku pun bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk memberihkan badanku dari keringatku dan keringat Pak Randy. Setelah itu, aku masuk ke kamar dan rebahan di atas tempat tidur hanya berbalut daster. Aku mencoba memutar kembali rekaman persetubuhan kami tadi dalam benakku. Nikmat sekali …. Sejenak aku bisa melupakan semua kesulitan dan masalah yang membelit keluargaku. … Terima kasih, Tuhan…
Aku mendapat kabar dari Pak Okta tadi siang ketika dia membawakan satu kardus penuh berisi jamu-jamuan untuk wanita bahwa Pak Randy dan istrinya bertengkar hebat karena ada yang melaporkan “kegiatan” kami berdua di pinggir jalan tempo hari. Istri Pak Randy mengancam untuk mengajukan gugatan cerai, tapi Pak Randy cuma tersenyum saja mendengar ancaman itu. Aku sempat bingung ketika Pak Okta bilang terima kasih kepadaku. Ternyata setelah pertengkaran itu, istri Pak Randy sudah beberapa kali mengajak Pak Okta bersebadan.
“Saya sebenarnya berharap bisa ngewek sama Neng Melly, tapi itu kan gak mungkin. Tapi, dapat sering-sering ngewek sama Ibu saja saya sudah senang … Hehehehe … Buat selingan, Neng. Bosan juga sama yang di rumah,” kata Pak Okta.
Tadi sore Pak Randy datang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan seperti biasa. Kali ini dia tidak pakai basa-basi lagi. Begitu aku duduk di sampingnya di sofa, dia langsung menyergap aku dan kami pun berciuman. Selama beberapa puluh menit bibir dan lidah kami bertautan. Sementara itu tangan Pak Randy terus bergerilya di setiap bagian tubuhku. Baju kami pun stu per satu lepas dari badan kami, sehingga kami berdua benar-benar telanjang seperti bayi yang baru lahir.
Di sana, di atas sofa di ruang tamu, ketika sinar matahari sore masih menerangi ruangan itu, aku dan Pak Randy kembali terhanyut dalam panasnya gelora birahi. Tanpa mempedulikan bahwa kami dapat menjadi tontonan orang yang lewat di jalan depan rumah, kami terus bergelut di atas sofa yang kini mulai basah dengan keringat kami.
Pak Randy mendorong tubuhku hingga rebah di sofa. Kedua kakiku diangkatnya, lalu disangga dengan bahunya. Perlahan-lahan dia mengarahkan kontolnya ke memekku. Aku membantu membimbing ujung kotol Pak Randy agar tepat sasaran. Sekali dorong, kotol Pak Randy pun menerobos masuk liang sanggamaku. Sambil memegang kedua betisku,Pak Randy mulai melakukan gerakan maju mundur sehingga kontolnya timbul tenggelam dalam memekku. Buah dadaku berguncang-guncang seirama dengan setiap sodokan kotol Pak Randy ke dalam memekku.
Aku meraih sebuah bantal sandaran sofa untuk menyangga kepalaku. Dengan posisi begitu, aku bisa melihat gerakan kotol Pak Randy yang keluar masuk memekku. Setiap kali Pak Randy mendorong masuk kontolnya, memekku menjadi agak kempot dan ketika kotol itu ditarik keluar, memekku menjadi agak gembung. Aku sangat terkesan dengan apa yang aku lihat di selangkanganku. Semua itu membuat aku semakin terangsang.
“Kamu suka melihatnya, Melly?” tanya Pak Randy sambil terus bergoyang. “Ahhhhhh ……Iya, Ahhhhhhhhh …….. tapi aku lebih suka rasanya. Ahhhhhh …. Yeahhhhh …. Sssssshhhh …. Yeahhhhh …. Ahhhhhhh ….” Jawabku di sela-sela desahan kenikmatan. Setelah sekitar sepuluh menit, kakiku terasa pegal. Pak Randy menekuk lututku sehingga sekarang pahaku bertumpu pada perut dan dadaku. Namun baru lima menit disodok dengan posisi seperti itu, gentian Pak Randy yang merasa pegal dan dia minta ganti posisi. Aku menyuruhnya berbaring di sofa dengan kedua kaki lurus di atas sofa. Aku naik ke atas tubuhnya dan menancapkan kontolnya kembali ke memekku. Aku merasa seperti seorang koboi yang sedang menunggang kuda.
“Oooooohh … yeahhhhhhh …. Hussss …. Hussssss,” kakatu sambil bergaya seperti koboi. “Ya … Goyang terus, Melly …. Enak sekali …. Teruuuuuss ….” Ujar Pak Randy sambil menggapai buah dadaku dan meremasnya.
Aku terus menggerakkan pantatku naik turun sehingga kotol Pak Randy bisa terus bergesekan dengan dinding-dinding dalam memekku. Setiap gesekan memberi kami sensasi yang luar biasa dan tidak terbayang nikmatnya. Keringat semakin deras mengucur dari tubuh kami. Aku mempercepat gerakkanku karena kau merasa sudah hampir mencapai klimaks. “Ahhhhh …. Ahhhhhh … Ahhhhhh ….. Aku sudah mau sampai, Pak …. Aahhhhh …. Ahhhh …” kataku. “Saya juga ..” kata Pak Randy sambil menggerakkan pantatnya sehingga gesekan antara memekku dan kontolnya semakin cepat. Tak lama kemudian puncak itu pun tercapai. “YEEAAAAHHHHH…. AAAAAHHHHHHHHH …….AHHHHHHHHHHH,” kami pun berteriak bersamaan melepas semua rasa. Badanku mengejang dan menekuk ke belakang sehingga aku harus bertumpu pada kedua kaki Pak Randy yang juga menjadi kaku. Tubuhku bergetar hebat dan akhirnya aku tumbang dan rebah di atas dada Pak Randy. Nafas kami memburu cepat, secepat detakan jatung kami.
Kami berpelukan dan kembali berciuman selama beberapa menit. Tangan Pak Randy mengelus-elus punggungku sementara aku terus berbaring di atas badannya. Aku biarkan kotol Pak Randy tetap di dalam memekku walaupun kotol itu sudah tidak lagi tegang. Aku ingin lebih lama merasakan kehadiran kotol itu di memekku. Ketika akhirnya aku bangkit berdiri, air mani Pak Randy yang bercampur cairan dari memekku sendiri merembes keluar dan mengalir di sisi dalam kedua pahaku. Aku duduk di sofa dan aku biarkan cairan kami itu membasahi sofa.
Setelah berpakaian kembali, Pak Randy menghampiriku yang masih terduduk lemas di sofa dan telanjang bulat. Pak Randy mengecup keningku dan mengucapkan terima kasih atas kenikmatan yang baru saja dia dapatkan dari tubuhku. Sebelum melangkah keluar, Pak Randy seperti biasa mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dompetnya. Kali ini uang itu dia gulung dan diselipkannya ke dalam memekku yang masih saja mengucurkan sisa-sia air maninya.
Setelah hilang lemasku, aku raih pakaianku yang terserak di lantai dan berjalan masuk menuju kamarku sambil tetap telanjang. Setelah melempar pakaianku ke atas tempat tidur, aku ambil selembar handuk. Aku keluar kamar dengan handuk di tangan menuju ke kamar mandi. Di ruang makan, aku bertemu Mak. Aku berikan uang pemberian Pak Randy yang telah basah terkena air mani dan cairan memekku tadi ke Mak. Hari ini, uang yang kami butuhkan untuk makan itu benar-benar keluar dari memekku ….